Beliau berdua adalah Madrasyatul Ula bagiku. Apapun adanya dirinya,beliau tetap guru besar dan yang pertama mengajariku menatap dunia fana ini.
Rumah tangga merupakan kampus terbesar didunia yang telah mencetak jutaan para sarjana kepribadian dan karakteristik. Orang tua adalah guru besar yang belum pernah tertandingi hasil didikannya oleh para Doctor manapun juga. Sebagian besar para pemuka dunia,pembesar,ilmuwan.ulama, konglomerat, intelektual dan entah apalagi sebutannya,menjadi seorang yang besar,terkenal berawal dari didikan orang tua,dan membangun karakter berawal dari rumah tangganya.
Suatu konsep yang tidak boleh kita pandang sebelah mata,karena sebagai orang tua,kita turut berkewajiban membangun masa depan dunia dengan mendidik anak anak kearah yang lebih baik. Apa pun bentuknya,besar maupun kecil,suka atau tidak,andil kita saat ini,menjadi perhitungan bagi anak cucu dimasa yang akan datang. Golden Age ( Usia emas) ketika anak anak belum memasuki usia sekolah,merupakan usia yang paling menentukan bagi anak. Disini sangat dituntut peran penting orang tua,untuk mewariskan watak yang baik,emosi yang terarah,karakter yang bersahaja kepada penerus masa depan.
Dirumah bersama orang tua,anak bisa belajar berbagai macam bentuk pendidikan. Mulai dari bermasyarakat,berteman,beragama,bernegara,berkeluarga,bersosialisasi,toleransi,ekonomi,dan segala bidang pendidikan. Pendidikan Formal,hanyalah mengajarkan ilmu ilmu yang sesuai kurikulum. Sisanya adalah kewajiban orang tua sepenuhnya. Jangan heran,jika perilaku anak yang dibesarkan oleh pembantu karena orang tua sibuk diluar,akan melahirkan pribadi anak yang tidak jauh dari kepribadian orang orang yang sehari hari bersamanya,bahkan lebih rusak dari sekedar yang dicontohnya,dengan alasan frustasi terhadap sikap orang tuanya yang kurang memperhatikan kebutuhan bathinnya.
Dalam hal ini,saya ingin berbagi kisah nyata,yang saya alami sendiri,sesuai dengan perkembangan sibuah hati:
Pasang surut ekonomi kelurga kami,menciptakan banyak pengalaman yang patut dipetik hikmahnya menjadi sebuah pelajaran.Sibuah hati terlahir dalam kondisi rumah tangga kami sedang lumayan bagus,sehingga pendapatan suami tidak mengharuskan saya mencari penghasilan tambahan,dan saya puas memberi ASI sampai sikecil berumur 2 tahun.Pada masa ini,saya mengasuh sikecil seutuhnya,kalau pun punya pembantu,hanyalah untuk menjaga dikala saya mandi atau mungkin kesibukan kecil saja.Alhamdulillah Sibuah hati memperlihatkan pertumbuhan yang baik pintar dan ceria.Dia cepat menangkap komunikasi arang tua dan lingkungannya. Di usia 2 tahun,dia sudah bisa berbahasa dengan baik,walaupun pengucapannya masih cadel.
Namun,tepat pada ultahnya yang kedua,suami tiba tiba mengundurkan diri dari pekerjaan,tanpa mendapatkan pekerjaan yang baru.Situasi itu bertahan 6 bulan hingga akhirnya suami bekerja kembali ditempat yang lain dengan gaji yang bisa dibilang tidak mencukupi.Untuk menopang ekonomi keluarga,saya berjualan dirumah dengan menerima orderan kue kue,masakan ,pakaian atau apa saja yang halal yang dipesan orang.Kondisi seperti ini saya jalani hingga sibuah hati berumur 4,5 tahun. Bersyukur,dalam kondisi ini,saya tetap bisa selalu mendampingi sikecil,walau kadang kami berdua harus berdempet dempetan dikereta api,di bus atau mungkin di angkot untuk membeli dan menjual dagangan. Tapi disepanjang perjalanan,kami menanamkan rasa kebersamaan,perlindungan dan kasih sayang yang utuh. Pada usia 2,5 tahun,sikecil sudah bisa menghafal huruf latin dan angka angka.Alhamdulillah,dalam pelukan,umur 3,5 tahun dia sudah bisa menulis surat untuk neneknya dengan tangannya sendiri dan cukup rapi.MasyaAllah..semua ilmu itu datang dengan mudah keotaknya yang polos dari Allah SWT. Begitu juga dengan huruf Hijaiyah,iqra'1 bisa dia tamatkan hanya dalam wkt 15 hari .Semua pelajaran membaca,berhitung,menulis,mengaji,saya suguhkan kepadanya dengan bahasa ibu,sambil bermain,berdagang dan disepanjang perjalanan. Tidak heran kalau sebelum tidur,kami mempertemukan kepala dan meletakkan guling antara pinggang saya dan dia,untuk membentuk huruf A. Atau jangan kaget kalau di sepanjang perjalanan,kami heboh berdua,mencari apa saja benda yang berbentuk O,U,I,S angka 4,6,7 dan lain lain.Sehingga umur 3,5 tahun,Dia sudah bisa membaca tulisan MATAHARI,HERO,BUS,BEKASI,TANAH ABANG sambil mobil melaju .
Masa masa itu,adalah masa masa ekonomi tersulit yang kami alami, sehingga sikecil tidak bisa mengecap pendidikan formal apalagi TK yang berbobot,kecuali TPA yang biayanya cukup terjangkau. Untuk menimpalinya,saya usahakan dia bisa saya ajari dirumah sambil bermain,hingga kepintarannya tidak ketinggalan dengan anak seusianya yang disekolahkan di TK terkenal. Alhamdulillah,di TPA dia juara dan sangat bahagia.
Ketika umurnya 4,5 tahun,Alhamdulillah,berkat bantuan dari banyak teman,saya mulai bisa punya toko sendiri yang menjual alat tulis dan fotocopy.Tahun pertama saya masih selalu bersama sibuah hati karena saya mengontrak toko yang menyatu dengan rumah.Walau sesekali sikecil saya tinggal untuk keperluan membeli barang dagangan.Pada tahap ini,intensitas kebersamaan sedikit berkurang. Tapi bersyukur pada usia 5 tahun,saya bisa menyekolahkannya ke TK terdekat.Namun bangku taman kanak kanak hanya dia kecap 2 bulan saja,karena guru TK nya menyarankan untuk pindah ke SD saja.Alhamdulillah,guru SD nya juga menyambut baik dan senang ,karena dia murid yang tidak banyak menimbulkan masalah.
Karena toko nya di pertigaan jalan,tempat orang orang keluar masuk komplex,sikecil banyak berinteraksi dengan tukang ojek,tukang becak dan pedagang keliling. Dari kondisi ini,banyak sisi baiknya,namun tidak sedikit juga sisi buruknya utk kepribadian si anak. Sisi baiknya,dia akan mengenal banyak karakter manusia,dan mudah berinteraksi dengan sesama,tanpa pandang bulu,derajad dan profesi,yang kelak akan melahirkan pribadi yang supel dan rendah hati. Namun sisi buruknya,dia akan mendegar berbagai bahasa dan kata kata yang kurang bagus untuk pertumbuhan jiwanya. Disini saya mensiasati untuk membatasi dan selalu menegur jika ada yang kurang pantas. Alhamdulillah Allah melindungi dari kejelekan kejelekan yang saya khawatirkan.
Sampai pada Fase ini,target saya sudah tercapai dengan baik yaitu:
- Umur 9 Bulan,Dia tumbuh gigi,mulai berjalan dan bisa mengeluarkan kata kata pendek seperti pipis,eek,ga mau,bunda,ayah,ikut dan lain lain.
- Umur 2 tahun dia sudah berinteraksi dengan sempurna dan bisa bicara dan bercerita. Seperti menasehati temannya dengan bilang,"anan akan pemen,anti jijinya bolong dan lain lain."
- Umur 3 tahun,dia sudah menghafal huruf latin dan angka angka
- Umur 3,5 tahun,dia sudah fasih menulis,membaca,berhitung sampai seratus dan tambah kurang hingga 10.
- Umur 5 tahun dia sudah bisa membaca Al Qur'an walau masih terbata bata.
Barangkali pasangan muda,atau yang memiliki anak kecil,bisa membuat target sendiri untuk sibuah hati,seperti yang saya lakukan ini,dengan metode metode yang tentunya lebih kreatif lagi.
Masa masa Usia Emas (Golden Age) sibuah hati,telah saya ukir dalam kondisi masa sulit dan penuh cerita dan lika liku. Seiring dengan perkembangan usaha dan suami pindah bekerja dan saya ditempatkan dirumah dinas,otomatis pola hidup kami turut berubah.
Saya mengontrak toko diluar komplek yang tidak begitu jauh dari rumah. Tapi tetap saja intensitas saya dengan sikecil sudah mulai berkurang. Dia lebih banyak dirumah bersama nenek saya , keluarga dan pembantu. Di kelas dia mulai suka ngobrol dengan teman sebangkunya. Pada suatu hari saat dia kelas 3,saya tanya..Dita kalau sayang sama bunda,jangan ngobrol lagi dikelas ya nak. Dita sayang sama siapa,sama bunda atau sama teman? Sungguh mengejutkan,dia jawab "sayang sama teman,soalnya teman mau cerita sama Dita,kalau bunda ga mau"..Gubrak...(( Serasa petir disiang hari,..hati saya benar benar ditampar waktu itu. Dalam dada saya ingin menjerit sekuat kuatnya..kenapa yang begini harus terjadi.Padahal dalam logika saya meninggalkan dia untuk mencari nafkah,tapi hasilnya malah menghancurkan hati saya. Saya seakan lupa,kalau peri kecil saya belum bisa mencerna dan logikanya belum cukup untuk menerima bahwa bundanya ke toko untuk bisa menyekolahkannya dengan layak seperti orang lain kebanyakan.
Sejak saat itu,saya berusaha membagi waktu,walau sesibuk apapun,tetap saya sempatkan untuk berinteraksi dan bermain bersama. Toko lebih banyak saya serahkan sama karyawan,karena anak jauh lebih berharga dari harta yang saya punya.Tidak jarang saya ikutan menungguinya disekolah,sambil menemaninya melahap bekal yang dibawa dari rumah disaat jam istirahat tiba.
Kebiasaan yang selalu saya tanamkan sejak kecil,untuk selalu makan nasi dulu sebelum makan /jajan yang lainnya. Apapun lauknya,itulah yang bisa bunda suguhi,dan dita harus mensyukurinya. kebiasaan ini pula yang dia lakoni sampai sekarang,dan setiap kesekolah,selalu berbekal Nasi. sehingga tidak jarang saya menemukan banyak uang di sela sela bukunya,lantaran setiap hari dikasih uang jajan,tapi jarang di pakai untuk jajan.
Rasa syukur yang sebesar besarnya,sejak suami pindah kerja ke Qatar,saya tidak harus mencari tambahan pendapatan lagi. Kalaupun sesekali saya berjualan makanan,atau membuatkan pesanan saudara/teman seperantauan,itu tidak mesti menyita waktu dan kebersamaan bersama anak dan suami.Dengan demikian,kami sekeluarga bisa melantunkan ayat ayat Al Qur'an bersama sama setiap selesai Sholat Magrib berjamaah,bahkan tidak jarang kami lanjutkan dengan diskusi agama ataupun diskusi keluarga. Kami semua saling membuka diri untuk siap dikritik ataupun mengkritik guna mencari jalan terbaik. Yang tua maupun yang kecil,mempunyai hak yang sama untuk menyampaikan pendapat masing masing. Selanjutnya hari hari saya bisa tercurah sepenuhnya untuk anak dan suami...Alhamdulillah..Allah menjawab segala do'a do'a saya.
Demikianlah sekelumit kisah yang bisa saya paparkan,barangkali ada hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik dari sana. Sebagai sesama Guru dalam kerajaan kecil yang bernama keluarga,sudah selayaknya kita berbagi kisah,berbagi kasih dan berbagi informasi. Semoga pengalaman dan paparan ini,bermanfaat untuk kita semua.
Pelajaran Berharga untuk Para Orang tua:
1. Mari persiapkan diri menjadi pribadi yang baik,karena setiap sikap dan gerak gerik kita adalah teladan yang bakal ditiru oleh para generasi selanjutnya,terutama anak anak kita sendiri.
2. Jangan pernah rela,menyerahkan anak sepenuhnya kepada para pengasuhnya,karena pendidikan yang akan melekat pada anak,tentunya pendidikan ala pengasuh,pembantu karena mereka menjadi contoh terdekat bagi anak anak sehari hari.
3. Isilah Jiwa,watak,perilaku,dan fikiran anak sematang dan semantap mungkin sesuai dengan yang kita inginkan,sebelum sianak diserahkan belajar diluar rumah seperti disekolah,madrasah dan lain lain termasuk ketika dia akan terjun bergaul dilingkungan yang lebih luas.
4. Lingkungan juga sangat berpengaruh dalam pendidikan anak. Karena itu,teliti,cermat,cerdas dan bijak lah dalam memilihkan lingkungan untuk si buah hati,dan pantau lah jarak tempuh yang telah digelutinya.
5. Bukan hanya di tempat pendidikan formal,tapi kita juga bisa mendidik dan mengajar anak dimana saja yang kita mau,sepanjang kita bersama sama si buah hati. Hal ini sangat berguna,bagi orang tua yang sibuk,atau mungkin sedikit ada masalah dengan biaya pendidikan formal. Mendidik dan mencerdaskan anak,tidak hanya tergantung biaya mahal,tapi kecerdasan orang tua menyiasati kondisi,dapat meminimalisir biaya pendidikan.
Rumah tangga merupakan kampus terbesar didunia yang telah mencetak jutaan para sarjana kepribadian dan karakteristik. Orang tua adalah guru besar yang belum pernah tertandingi hasil didikannya oleh para Doctor manapun juga. Sebagian besar para pemuka dunia,pembesar,ilmuwan.ulama, konglomerat, intelektual dan entah apalagi sebutannya,menjadi seorang yang besar,terkenal berawal dari didikan orang tua,dan membangun karakter berawal dari rumah tangganya.
Suatu konsep yang tidak boleh kita pandang sebelah mata,karena sebagai orang tua,kita turut berkewajiban membangun masa depan dunia dengan mendidik anak anak kearah yang lebih baik. Apa pun bentuknya,besar maupun kecil,suka atau tidak,andil kita saat ini,menjadi perhitungan bagi anak cucu dimasa yang akan datang. Golden Age ( Usia emas) ketika anak anak belum memasuki usia sekolah,merupakan usia yang paling menentukan bagi anak. Disini sangat dituntut peran penting orang tua,untuk mewariskan watak yang baik,emosi yang terarah,karakter yang bersahaja kepada penerus masa depan.
Dirumah bersama orang tua,anak bisa belajar berbagai macam bentuk pendidikan. Mulai dari bermasyarakat,berteman,beragama,bernegara,berkeluarga,bersosialisasi,toleransi,ekonomi,dan segala bidang pendidikan. Pendidikan Formal,hanyalah mengajarkan ilmu ilmu yang sesuai kurikulum. Sisanya adalah kewajiban orang tua sepenuhnya. Jangan heran,jika perilaku anak yang dibesarkan oleh pembantu karena orang tua sibuk diluar,akan melahirkan pribadi anak yang tidak jauh dari kepribadian orang orang yang sehari hari bersamanya,bahkan lebih rusak dari sekedar yang dicontohnya,dengan alasan frustasi terhadap sikap orang tuanya yang kurang memperhatikan kebutuhan bathinnya.
Dalam hal ini,saya ingin berbagi kisah nyata,yang saya alami sendiri,sesuai dengan perkembangan sibuah hati:
Pasang surut ekonomi kelurga kami,menciptakan banyak pengalaman yang patut dipetik hikmahnya menjadi sebuah pelajaran.Sibuah hati terlahir dalam kondisi rumah tangga kami sedang lumayan bagus,sehingga pendapatan suami tidak mengharuskan saya mencari penghasilan tambahan,dan saya puas memberi ASI sampai sikecil berumur 2 tahun.Pada masa ini,saya mengasuh sikecil seutuhnya,kalau pun punya pembantu,hanyalah untuk menjaga dikala saya mandi atau mungkin kesibukan kecil saja.Alhamdulillah Sibuah hati memperlihatkan pertumbuhan yang baik pintar dan ceria.Dia cepat menangkap komunikasi arang tua dan lingkungannya. Di usia 2 tahun,dia sudah bisa berbahasa dengan baik,walaupun pengucapannya masih cadel.
Namun,tepat pada ultahnya yang kedua,suami tiba tiba mengundurkan diri dari pekerjaan,tanpa mendapatkan pekerjaan yang baru.Situasi itu bertahan 6 bulan hingga akhirnya suami bekerja kembali ditempat yang lain dengan gaji yang bisa dibilang tidak mencukupi.Untuk menopang ekonomi keluarga,saya berjualan dirumah dengan menerima orderan kue kue,masakan ,pakaian atau apa saja yang halal yang dipesan orang.Kondisi seperti ini saya jalani hingga sibuah hati berumur 4,5 tahun. Bersyukur,dalam kondisi ini,saya tetap bisa selalu mendampingi sikecil,walau kadang kami berdua harus berdempet dempetan dikereta api,di bus atau mungkin di angkot untuk membeli dan menjual dagangan. Tapi disepanjang perjalanan,kami menanamkan rasa kebersamaan,perlindungan dan kasih sayang yang utuh. Pada usia 2,5 tahun,sikecil sudah bisa menghafal huruf latin dan angka angka.Alhamdulillah,dalam pelukan,umur 3,5 tahun dia sudah bisa menulis surat untuk neneknya dengan tangannya sendiri dan cukup rapi.MasyaAllah..semua ilmu itu datang dengan mudah keotaknya yang polos dari Allah SWT. Begitu juga dengan huruf Hijaiyah,iqra'1 bisa dia tamatkan hanya dalam wkt 15 hari .Semua pelajaran membaca,berhitung,menulis,mengaji,saya suguhkan kepadanya dengan bahasa ibu,sambil bermain,berdagang dan disepanjang perjalanan. Tidak heran kalau sebelum tidur,kami mempertemukan kepala dan meletakkan guling antara pinggang saya dan dia,untuk membentuk huruf A. Atau jangan kaget kalau di sepanjang perjalanan,kami heboh berdua,mencari apa saja benda yang berbentuk O,U,I,S angka 4,6,7 dan lain lain.Sehingga umur 3,5 tahun,Dia sudah bisa membaca tulisan MATAHARI,HERO,BUS,BEKASI,TANAH ABANG sambil mobil melaju .
Masa masa itu,adalah masa masa ekonomi tersulit yang kami alami, sehingga sikecil tidak bisa mengecap pendidikan formal apalagi TK yang berbobot,kecuali TPA yang biayanya cukup terjangkau. Untuk menimpalinya,saya usahakan dia bisa saya ajari dirumah sambil bermain,hingga kepintarannya tidak ketinggalan dengan anak seusianya yang disekolahkan di TK terkenal. Alhamdulillah,di TPA dia juara dan sangat bahagia.
Ketika umurnya 4,5 tahun,Alhamdulillah,berkat bantuan dari banyak teman,saya mulai bisa punya toko sendiri yang menjual alat tulis dan fotocopy.Tahun pertama saya masih selalu bersama sibuah hati karena saya mengontrak toko yang menyatu dengan rumah.Walau sesekali sikecil saya tinggal untuk keperluan membeli barang dagangan.Pada tahap ini,intensitas kebersamaan sedikit berkurang. Tapi bersyukur pada usia 5 tahun,saya bisa menyekolahkannya ke TK terdekat.Namun bangku taman kanak kanak hanya dia kecap 2 bulan saja,karena guru TK nya menyarankan untuk pindah ke SD saja.Alhamdulillah,guru SD nya juga menyambut baik dan senang ,karena dia murid yang tidak banyak menimbulkan masalah.
Karena toko nya di pertigaan jalan,tempat orang orang keluar masuk komplex,sikecil banyak berinteraksi dengan tukang ojek,tukang becak dan pedagang keliling. Dari kondisi ini,banyak sisi baiknya,namun tidak sedikit juga sisi buruknya utk kepribadian si anak. Sisi baiknya,dia akan mengenal banyak karakter manusia,dan mudah berinteraksi dengan sesama,tanpa pandang bulu,derajad dan profesi,yang kelak akan melahirkan pribadi yang supel dan rendah hati. Namun sisi buruknya,dia akan mendegar berbagai bahasa dan kata kata yang kurang bagus untuk pertumbuhan jiwanya. Disini saya mensiasati untuk membatasi dan selalu menegur jika ada yang kurang pantas. Alhamdulillah Allah melindungi dari kejelekan kejelekan yang saya khawatirkan.
Sampai pada Fase ini,target saya sudah tercapai dengan baik yaitu:
- Umur 9 Bulan,Dia tumbuh gigi,mulai berjalan dan bisa mengeluarkan kata kata pendek seperti pipis,eek,ga mau,bunda,ayah,ikut dan lain lain.
- Umur 2 tahun dia sudah berinteraksi dengan sempurna dan bisa bicara dan bercerita. Seperti menasehati temannya dengan bilang,"anan akan pemen,anti jijinya bolong dan lain lain."
- Umur 3 tahun,dia sudah menghafal huruf latin dan angka angka
- Umur 3,5 tahun,dia sudah fasih menulis,membaca,berhitung sampai seratus dan tambah kurang hingga 10.
- Umur 5 tahun dia sudah bisa membaca Al Qur'an walau masih terbata bata.
Barangkali pasangan muda,atau yang memiliki anak kecil,bisa membuat target sendiri untuk sibuah hati,seperti yang saya lakukan ini,dengan metode metode yang tentunya lebih kreatif lagi.
Masa masa Usia Emas (Golden Age) sibuah hati,telah saya ukir dalam kondisi masa sulit dan penuh cerita dan lika liku. Seiring dengan perkembangan usaha dan suami pindah bekerja dan saya ditempatkan dirumah dinas,otomatis pola hidup kami turut berubah.
Saya mengontrak toko diluar komplek yang tidak begitu jauh dari rumah. Tapi tetap saja intensitas saya dengan sikecil sudah mulai berkurang. Dia lebih banyak dirumah bersama nenek saya , keluarga dan pembantu. Di kelas dia mulai suka ngobrol dengan teman sebangkunya. Pada suatu hari saat dia kelas 3,saya tanya..Dita kalau sayang sama bunda,jangan ngobrol lagi dikelas ya nak. Dita sayang sama siapa,sama bunda atau sama teman? Sungguh mengejutkan,dia jawab "sayang sama teman,soalnya teman mau cerita sama Dita,kalau bunda ga mau"..Gubrak...(( Serasa petir disiang hari,..hati saya benar benar ditampar waktu itu. Dalam dada saya ingin menjerit sekuat kuatnya..kenapa yang begini harus terjadi.Padahal dalam logika saya meninggalkan dia untuk mencari nafkah,tapi hasilnya malah menghancurkan hati saya. Saya seakan lupa,kalau peri kecil saya belum bisa mencerna dan logikanya belum cukup untuk menerima bahwa bundanya ke toko untuk bisa menyekolahkannya dengan layak seperti orang lain kebanyakan.
Sejak saat itu,saya berusaha membagi waktu,walau sesibuk apapun,tetap saya sempatkan untuk berinteraksi dan bermain bersama. Toko lebih banyak saya serahkan sama karyawan,karena anak jauh lebih berharga dari harta yang saya punya.Tidak jarang saya ikutan menungguinya disekolah,sambil menemaninya melahap bekal yang dibawa dari rumah disaat jam istirahat tiba.
Kebiasaan yang selalu saya tanamkan sejak kecil,untuk selalu makan nasi dulu sebelum makan /jajan yang lainnya. Apapun lauknya,itulah yang bisa bunda suguhi,dan dita harus mensyukurinya. kebiasaan ini pula yang dia lakoni sampai sekarang,dan setiap kesekolah,selalu berbekal Nasi. sehingga tidak jarang saya menemukan banyak uang di sela sela bukunya,lantaran setiap hari dikasih uang jajan,tapi jarang di pakai untuk jajan.
Rasa syukur yang sebesar besarnya,sejak suami pindah kerja ke Qatar,saya tidak harus mencari tambahan pendapatan lagi. Kalaupun sesekali saya berjualan makanan,atau membuatkan pesanan saudara/teman seperantauan,itu tidak mesti menyita waktu dan kebersamaan bersama anak dan suami.Dengan demikian,kami sekeluarga bisa melantunkan ayat ayat Al Qur'an bersama sama setiap selesai Sholat Magrib berjamaah,bahkan tidak jarang kami lanjutkan dengan diskusi agama ataupun diskusi keluarga. Kami semua saling membuka diri untuk siap dikritik ataupun mengkritik guna mencari jalan terbaik. Yang tua maupun yang kecil,mempunyai hak yang sama untuk menyampaikan pendapat masing masing. Selanjutnya hari hari saya bisa tercurah sepenuhnya untuk anak dan suami...Alhamdulillah..Allah menjawab segala do'a do'a saya.
Demikianlah sekelumit kisah yang bisa saya paparkan,barangkali ada hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik dari sana. Sebagai sesama Guru dalam kerajaan kecil yang bernama keluarga,sudah selayaknya kita berbagi kisah,berbagi kasih dan berbagi informasi. Semoga pengalaman dan paparan ini,bermanfaat untuk kita semua.
Pelajaran Berharga untuk Para Orang tua:
1. Mari persiapkan diri menjadi pribadi yang baik,karena setiap sikap dan gerak gerik kita adalah teladan yang bakal ditiru oleh para generasi selanjutnya,terutama anak anak kita sendiri.
2. Jangan pernah rela,menyerahkan anak sepenuhnya kepada para pengasuhnya,karena pendidikan yang akan melekat pada anak,tentunya pendidikan ala pengasuh,pembantu karena mereka menjadi contoh terdekat bagi anak anak sehari hari.
3. Isilah Jiwa,watak,perilaku,dan fikiran anak sematang dan semantap mungkin sesuai dengan yang kita inginkan,sebelum sianak diserahkan belajar diluar rumah seperti disekolah,madrasah dan lain lain termasuk ketika dia akan terjun bergaul dilingkungan yang lebih luas.
4. Lingkungan juga sangat berpengaruh dalam pendidikan anak. Karena itu,teliti,cermat,cerdas dan bijak lah dalam memilihkan lingkungan untuk si buah hati,dan pantau lah jarak tempuh yang telah digelutinya.
5. Bukan hanya di tempat pendidikan formal,tapi kita juga bisa mendidik dan mengajar anak dimana saja yang kita mau,sepanjang kita bersama sama si buah hati. Hal ini sangat berguna,bagi orang tua yang sibuk,atau mungkin sedikit ada masalah dengan biaya pendidikan formal. Mendidik dan mencerdaskan anak,tidak hanya tergantung biaya mahal,tapi kecerdasan orang tua menyiasati kondisi,dapat meminimalisir biaya pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar