Hidup berumah tangga,tidaklah selamanya berjalan mulus.Banyak dinamika yang akan bergulir silih berganti.Sebagaimana Indahnya laut karena ikan,karang,pasir dan gelombangnya,Indahnya langit karena awan,bulan dan bintang gemintang,Indahnya hidup karena lika liku dan problematikanya. Kokohnya sebuah bangunan karena terdiri dari berbagai element yang berbeda. Kerasnya bebatuan,lembutnya air,halusnya semen,Kuatnya besi,warna warni Cat dan lain lain,membuat bangunan tercipta lebih megah dan sempurna. Kombinasi Daun yang hijau,warna warni bunga,buah ,duri,akar,ranting dan dahan memjadikan sebatang pohon tanpak lebih anggun dan bersahaja.Demikian pula yang telah kulalui selama berumah tangga.
Kami awali sebuah rumah tangga baru dengan tanpa persiapan dan rancangan yang mapan. Tapi tujuannya jelas,membina rumah tangga yang SAMARA (Sakinah,Mawaddah Warohmah). Pengetahuan,persiapan,ekonomi,semua serba pas pasan. Walau Sedikit pengetahuan,tapi kami punya prinsip yang kuat. Walau persiapan yang minim,namun arah dan tujuan kami cukup jelas,Walau kondisi keuangan yang pas pasan tapi hati kami sangat kaya dengan jiwa yang bebas berbahagia,berlimpah kasih sayang,penuh pengertian, saling mengisi,saling melengkapi dan saling menguatkan satu sama lain.
Sejak 3 hari di pelaminan,kami jalani hari hari diperantauan,jauh dari sanak family dan keluarga. Karenanya,peran sahabat dan tetangga sangat besar dalam perjalanan kerajaan kecil kami.Awalnya aku akan bekerja disebuah universitas di Jambi,sebagai kelanjutan dari karirku,maka suami memilih mengontrak rumah di pusat kota Jambi. Tapi kondisiku yang sering bleeding dan kurang sehat,akhirnya kami lebih banyak di lokasi dimana suamiku bekerja,dan sangat jauh dari kota. Karena belum memperoleh rumah dinas,kami menghabiskan banyak waktu untuk hidup berpindah pindah tempat,dan menenteng koper kian kemari. Pertama kami ditawari untuk tinggal di rumah teman beberapa minggu,sampai kami diberi fasilitas tinggal di Mess tamu selama 1 bulan. Habis masa itu,kami tinggal di Mess bujangan 1 kamar yang ditempati suamiku bersama temannya sebelumnya. tidak berlansung lama,karena mess itu tidak boleh ditempati bersama keluarga. Hari berikutnya,kami tinggal di Salon di luar kompleks perumahan karyawan. Disini kami tinggal benar benar sederhana,dikamar yang sangat kecil,saking kecilnya,satu kasur(singel) harus dilipat ujungnya menjadi bantal,karena ruangannya tidak cukup kalau kasurnya di panjangkan. Setiap jam 12 malam,listrik dimatikan oleh yang punya genset.Air untuk mencuci atau mandi harus dibeli 2ribu rupiah/drum,sedangkan air minum dibawa dari dalam komplek dengan jerigen. Jika hari hujan,kami harus begadang,karena angin membuat air hujan masuk kedalam melewati dinding yang terbuat dari papan seadanya. Dalam kondisi begini,masih saja ada yang jahil,sehingga tanpa kami sadari,ada yang membolongi dinding kamar kami..Na'uzubillah hi min zaalik. Karena jauh dari tempat kerja,teman teman berinisiatif patungan membelikan kami sepeda motor seharga 1,5 Jt rupiah waktu itu. Kami cuma punya uang 500 ribu rupiah,sisanya teman teman yang iyuran memberi pinjaman untuk melengkapinya. Bantuan teman teman itu sangat besar artinya bagi kami dan tak akan pernah terlupakan. Berlama lama tinggal dalam kondisi yang kurang sehat,akhirnya kami di jemput oleh teman yang lain,yang sudah duluan menikah dan duluan dapat mess waktu itu,tapi cuma satu kamar. Mereka menjemput dan meminta kami tinggal bersamanya,padahal kondisi satu kamar benar benar tidak masuk akal jika ditempati oleh 2 pasangan pengantin baru. Tapi kebersamaan dan salidaritas yang tinggi,membuat kami tinggal dan hidup satu kamar beberapa minggu hingga nenekku datang dan akhirnya aku dan nenek tinggal di kota dirumah yang dikontrak suami. Dengan demikian,suami pulang seminggu sekali.
Setelah beberapa bulan,kami dikasih mess oleh perusahaan. Di mess yang cuma satu kamar itu,kami tinggal bertiga dengan nenek,dan kalau mau tidur kami harus membuat sekat dulu dari pintu lemari yang dibuka dan disambung dengan kain. Meskipun hidup tanpa Televisi,tanpa elektronik,dan kondisi yang paling sederhana,Alhamdulillah kami tetap enjoy dan happy,padahal parabola tetangga berdiri seperti jamur dimusim hujan.. Kami hidup saling menyayangi,saling membesarkan hati,saling memberi semangat,saling menguatkan dan tak pernah ada yang disesali. Begitu juga dengan tetangga,walaupun disekeliling aku orang sudah boleh dibilang mapan semua,tapi aku tak pernah merasa rendah diri.Karena menurutku,ini hanya masalah waktu dan keberuntungan.Semua datang dan pinjaman dari Allah Swt. Tetanggaku juga sangat baik dan aku selalu diajak dalam segala macam kegiatan dan kebersamaan. Walau dalam kondisi ekonomi paling terpuruk,tapi mereka sangat menghargai. Disini juga aku belajar banyak tentang hidup berumah tangga,bertetangga,dan belajar berbagai macam masakan. Disamping belajar dari nenek,tetangga juga mengajariku masakan asli daerah masing masing. Seperti soto banjar,mpek mpek,tekwan,karedok,tempe bacem dan sebagainya.Aku happy walau dengan kondisi yang paling sederhana.
Sebagai karyawan sebuah perusahaan swasta,sebenarnya gaji suamiku sudah cukup lumayan. Hanya saja,sifat royal,foya foya tanpa kendali,hura hura jiwa muda,dan hidupnya yang kurang terarah,membuat kami harus menanggung beban masa muda itu bersama sama disaat awal berumah tangga. Perlahan kami bangun kerajaan kecil yang semakin hari semakin bersinar. Kami berusaha mencicil apa apa yang kami perlukan,menabung,dan berusaha untuk tidak membuat hutang baru. Mulai dari membeli sebuah Ricecooker dengan harga 60 ribu rupiah ,buat kami waktu itu adalah sesuatu yang besar. tiap hari dipandangi,dibuka,lalu dimasukkan lagi ke kotaknya. 1 tahun menikah,kami bisa membeli Televisi 14 inc seharga 450 ribu hasil dari tabungan sisa belanja harianku. Suamiku kaget bukan kepalang,ketika kuajak membeli Televisi itu. Beliau tidak membayangkan aku bisa menyimpan uang sebanyak itu. Bulan depannya kami sudah mampu membeli Kulkas dari uang arisanku dengan tetangga. Masya Allah...Kebahagiaan ini tak mampu kulukiskan dengan kata kata. Bagaikan merawat kristal,kulkas itu aku Lap dan kurawat melebihi perawatan diri di salon..whihihi..maklum lah..baru dapat barang mewah..wkwkwk
Hari hari kami dihiasi dengan semangat dan harapan. Disana kami juga selalu dikunjungi oleh teman teman dan adik adik dari daerah asalku. Mereka adalah bagian yang tak mungkin terpisahkan dalam hidupku. Mereka datang dan berkumpul di mess ku yang mungil,seperti layaknya saudaraku sendiri.Mereka turut bahagia,ketika setelah 16 bulan menikah kami bisa tinggal di KPR 2 kamar. Bahagia dirasakan bukan kepalang. Aku berusaha menjahit gorden dengan tanganku sendiri,membuat meja dari bekas gulungan kabel dan lain lain. Saking semangatnya,kami bisa selesaikan membuat dapur dalam waktu satu hari dari kayu bekas bangunan kontraktor disana. Bahkan adik adik yang lain membuatkan kolam dan meletakkan teratai yang entah dari mana dia bawakan. Ikan ikan didalamnya yang kujadikan penghibur,karena waktu itu kami belum dipercaya menimang sibuah hati.Disana juga aku sempat merancang mendirikan SMP bersama teman teman,karena waktu itu SMP disana belum ada. Sayang niat baik ini belum kesampaian,karena kami harus pindah ketempat yang baru.
Rumah baru yang penuh berkah ini,hanya bisa kami nikmati 3 bulan saja,karena suamiku diterima disebuah perusahaan baru di pesisir borneo Kalimantan Timur. Disana saya sempat berbagi ilmu biologi di sebuah SMU. mengajar dari kelas 1 sampai kelas 3 setiap hari.Aku senang dan merasa sangat berarti,karena ilmu yang kuperoleh waktu sekolah,bisa bermanfaat untuk orang lain. Sayang karir ini juga tidak bisa kubangun sampai matang,dan hanya beberapa bulan saja,karena Allah memberikan ku kebahagiaan yang lebih dari itu. Alhamdulillah setelah 22 bulan menikah,aku hamil. Karena riwayat kesehatan yang kurang baik,suamiku melarangku melakukan aktifitas yang dapat berakibat fatal pada penantianku yang cukup lama. Aku juga ikhlas dan ridho menerima keputusan itu.
Alhamdulillah,disana kehidupan dunia cukup kami nikmati. Fasilitas perusahaan yang serba mewah,gaji yang terbilang tinggi (masa itu kami sudah menerima 1000 USD bahkan lebih),menjadikan beban hidup tidak terlalu berat. Disana pula kami bisa menikmati pesiar ke pulau,menginap di Villa yang berlabel Indonesia 1 yang biasanya hanya dinikmati oleh Presiden dan keluarganya masa itu. Kami bisa memancing,berenang,dan menikmati laut yang menyamai bunaken keindahannya dengan gratis. Sibuah hati pun terlahir disini. Walaupun perusahaan menanggung segala biaya,dan menyediakan Dokter ahli,aku memutuskan untuk melahirkan secara normal di bidan saja. Pemeriksaan ke Dokter ahli dengan alat yang serba canggih tetap kulakukan,tapi tepat hari H nya,aku memilih ditemani bidan saja. Karena aku merasa lebih nyaman dan melahirkan tanpa beban. Bersyukur,si Kecil terlahir sehat dan sempurna.
Kondisi rantauku yang sangat jauh dari kampung,menjadikan ibuku tidak dapat menemani proses melahirkan,karena tak mungkin meninggalkan nenek yang sudah tua. Karenanya,peran besar sahabat,teman seperantauan dan tetangga semakin aku rasakan. Disaat kepanikan suamiku sebagai calon seorang ayah,teman dan tetangga beramai ramai berkumpul menunggui masa persalinanku dengan bermacam macam aktifitas yang mereka lakukan,seperti mencarikan telor ayam,memasak dan melengkapi segala yang kubutuhkan. Terima kasih dan rasa haru tak dapat kulukiskan dengan kata kata. Bahkan ada sahabat karibku yang sengaja menginap bersama keluarganya beberapa bulan,untuk merawatku,hingga aku benar benar bisa kokoh dan pulih kembali.
Peran sang suami terukir dan terpatri dilubuk hati terdalam dan sangat membuatku bangga dan bersyukur menjadi isterinya. Beliau merawatku dan sibuah hati dengan sungguh sungguh,sebagaimana layaknya perawatan untuk orang yang habis melahirkan,melebihi siapapun,suami manapun yang pernah kutemui. Pagi pagi aku dimandikan,dipakaikan param,tapel dan dipasangi gurita,stagen dan lain lain.Bahkan rambutku harus dia yang sisirkan,karena kata orang menjelang 40 hari,tangan tidak boleh banyak aktifitas,agar air susu nya banyak. Beliau lansung duduk walaupun sedang lelap tidur,ketika mendengar sedikit saja rengekan anaknya. Kepala sikecil benar benar dijaga supaya tidak dalam posisi miring,agar kepalanya tidak peyang. Bahkan kaki anaknya pun dibalut sedemikian rupa,agar kelak tidak O atau X..whihihi..sungguh lucu jika mengenangnya.Berkat perawatan itu pula,air susuku mengalir sangat banyak bahkan melimpah sampai si kecil berumur 2 tahun. Saking banyaknya,umur 2 minggu,beratnya lansung bertambah 1,4kg dari berat lahir. Dan pada umur 2 bulan,disuruh diet ASI oleh dokter,karena sangat melebihi berat normal bagi anak seumurnya. Disana kami dengan mudah naik speedboat yang mewah,take boat bahkan naik pesawat gratis hanya dengan alasan mau ganti kaca mata.Sikecil disamping ASI,juga bisa kusuguhkan susu termahal di zamannya. Tapi makanan untuk keluarga,tetap kuracik dari tanganku sendiri. Disana hari hariku diisi dengan mengajar ibu ibu rumah tangga membaca Al Qur'an.Dengan kondisi ekonomi yang memadai,kami berniat memberangkatkan orang tua dan mertua menunaikan ibadah haji. Tapi sayang situasi Dolar yang tiba tiba melambung tinggi,ONH menanjak tajam,namun gaji tidak ikutan naik,menjadikan niat baik itu terpaksa diurungkan dulu.
Namun takdir Allah Swt benar benar tidak bisa kita duga.Ketika kami baru saja datang dari kampung karena mertuaku sakit,disaat aku baru saja menghabiskan banyak uang untuk pulang tiba tiba suamiku dan teman teman mengundurkan diri. Dengan suatu alasan,suamiku dan 17 teman lainnya tidak mau lagi bekerja,jika tuntunnya ke perusahaan tidak dikabulkan. Banyak teman dan sahabat dari berbagai organisasi kemasyarakatan,seperti dari sesama orang Minang,sesama teman pengajian,dan lain lain,tetap tidak mampu melunturkan hati suami dan teman temanku untuk tetap minta berhenti dari perusahaan. Disini takdir Allah benar benar saya rasakan. Karena apapun caranya untuk keluar,rezekiku sudah saatnya terhenti dari sana dan ada alasan atau pun tidak,takdir tetap akan membuat suamiku resign dari kemewahan ini. Siapapun orangnya,pasti akan kaget dan mungkin sangat tidak siap dengan berhenti tiba tiba tanpa mendapatkan kerja baru seperti itu. Begitu juga yang kualami. Tapi Support dari teman teman,baik moril maupun materil,membuat aku tegar dan tetap kokoh mendampingi suami yang pastinya lebih panik. MasyaAllah..aku benar benar diberi kekuatan oleh Allah Swt melalui bantuan dan partisipasi teman teman dalam kondisi keterpurukan yang sangat dalam. Dalam kelemahan jiwa dan semangat,teman teman berperan penting membuat kami tetap kuat dan kokoh. Kami sampai tidak mengenali barang barang kami ditempatkan dikardus yang mana,karena semuanya dikemasi oleh teman-teman.Beberapa hari sebelum pulang,semua barangku sudah dipacking rapi,sampai aku tidak bisa lagi memasak. Tapi makanan setiap hari berdatangan silih berganti dari teman teman yang kucintai. Tak satupun barangku yang tercecer,kecuali mereka membelinya dengan harga yang tinggi bahkan dua kali lipat dari harga yang kutawarkan..Bahkan aku diselipkan uang yang cukup banyak dari teman teman,yang jumlahnya bisa kupakai untuk ongkos dan biaya hidup selama 3 bulan.
Selanjutnya kami putuskan untuk tinggal di kota Padang. Disana kami membangun sebuah rumah dengan uang hasil tabungan yang masih tersisa. Menjelang rumah selesai,kami mengontrak dulu di tempat yang dekat dengan rumah itu.Sengaja,dalam kondisi ini,kami putuskan untuk tidak tinggal bersama orang tua maupun saudara. Karena,jujur,kondisi perasaan pastinya sedang sangat sensitif. Aku tetap ingin mempertahankan kebebasan jiwa,kebebasan bertindak dan berfikir yang telah kami bangun selama ini. Dengan tidak mengurangi rasa hormat,serta dengan tetap membutuhkan nasehat orang tua,kami berusaha tetap menjadikan keluarga kecil kami punya privacy sendiri.Orang tua cukup memberi pandangan saja,selanjutnya keputusan tetap menjadi milik kami . Walaupun hanya sebuah rumah kecil,diluar dugaan ternyata biaya pembangunan rumah itu menguras semua tabunganku,dan itupun belum cukup untuk menyelesaikan sebagaimana yang kubayangkan. Karena tidak punya uang lagi untuk membayar tukang,akhirnya plafonnya kami pasang berdua dengan adikku yang juga perempuan,begitu juga pekerjaan sisa pembangunan yg lainnya,karena waktu itu suamiku sedang berada diluar kota untuk mencari pekerjaan baru.Susu sikecil pun perlahan berubah semakin murah dan semakin murah. Pada masa ini aku sangat menghargai arti uang seribu,sepuluh ribu apa lagi seratus ribu.Apa lagi aku masih sedang membiayai kuliah adikku dan aku tak ingin kuliahnya terputus hanya karena ekonomiku yang tiba tiba surut.Kondisi yang mendadak ini membuatku sedikit gamang,apalagi menghadapi lebaran tanpa THR. Dirumah itu kami berjualan dengan modal yang sangat kecil. kami berjualan sembako yang tak lengkap,tapi cukuplah membuat ada pemasukan sehari hari. Suatu hal yang tak mungkin terlupakan,ketika aku,adik perempuanku dan suamiku belajar menggunakan parutan kelapa sebelum warung resmi di buka. Kami bergantian mencobanya,hingga diyakini kalau kami bertiga bisa mengoperasikan alat itu. Pada episode inilah kami benar benar merasakan arti sahabat,keluarga dan saudara. Dari kondisi ini pula,kami bisa menilai,merasakan dan menyimpulkan mana yang tulus,mana yang kurang peduli. Alhamdulillah dukungan dari para sahabat tak henti hentinya kami terima. Begitu juga dengan keluarga.
Kondisi ini terus berlansung hingga 6 bulan lamanya,sampai suamiku mendapatkan pekerjaan baru di Bekasi.Dalam kondisi sedikit terdesak,suamiku menerima pekerjaan yang gajinya sangat kecil,jauh dari yang pernah diterima pada perusahaan sebelum sebelumnya.Karena suami telah bekerja dan berangkat lebih dulu,3 bulan berikutnya aku menyusul bersama sibuah hati ditemani ibu dan seorang adik laki laki. Aku usahakan membawa barang barang yang bisa kupakai dan bermanfaat supaya tak harus membelinya lagi ditempat yang baru.Alhamdulillah,berkat pertolongan Allah Swt,dengan membuat kesepakatan dengan kernet Bus yang kutumpangi,barang barang yang kubawa sekitar 16 kardus besar,bisa selamat menempati 1 bagasi mobil penuh,bahkan harus ditambahkan sebagian ke bagasi sebelahnya.. Tentunya aku berusaha untuk tidak dikenakan biaya yang cukup besar.Alhasil,si kernet aku kasih uang 40 ribu saja,dan semua barang barang selamat sampai ketujuan dibawah pengawasan sikernet. Otomatis,disaat penurunan barang,Sang Sopir sontak kaget melihat barisan barangku yg berjejer disepanjang badan bus itu.Sang sopir sempat bertanya,bayar berapa di agen. Aku jawab jujur,..aku ga bayar sepeserpun ke agennya.Suamipun geleng geleng kepala dan serasa tak percaya,aku bisa memindahkan barang sebanyak itusambil berujar,kalau berangkat bareng ayah,ayah ga bakalan kefikir bawa barang sebanyak ini.Lebih heran lagi ketika mendengar semuanya hanya dibayar 40 ribu rupiah saja. Hehehe..dimana ada kesulitan,disana akal berperan mencari jalan penyelesaian.
Rumah yang baru saja kami bangun,terpaksa dikontrakan.Uang hasil kontrakan digunakan untuk mengontrak rumah kembali. Di Bekasi kami kembali ketitik Nol. Kami mulai dengan selembar kasur yang hanya muat ditempati sikecil,itupun pinjaman dari yang punya rumah.Sang suami juga ketempat kerja menggunakan sepeda tua yang harganya 100 ribu,yang dicicil 2x bayar,supaya sewa angkot tak menambah beban keuangan.Tapi,aku tetap mensupport,biarlah di tempat kerja dapat sedikit,yang penting ada yang ditunggu dari bulan kebulan. Sisanya nanti kita usahakan bersama sama dengan berjualan apa saja. Hal itu pula yang mengharuskan aku berjualan makanan,es,dan apa saja yang diinginkan pelanggan.Disamping itu,aku juga dipercaya saudara untuk mengambil kain/barang dari saudara yang berjualan di tanah abang ataupun ditempat lain. Kami membayarnya setelah barangnya laku.Perlahan kami bisa membeli sebatang kasur,dan sebuah lemari yang atasnya dipakai untuk TV,bawahnya bisa menyimpan kain. Setelah satu tahun,kami bisa mencicil sebuah sepeda motor. Bahagia nya bukan main. Dengan bermodalkan sepeda motor,pengembangan usaha kue mulai ditingkatkan.Pagi ketika suami bekerja,aku membuat kue kue dan membungkusnya dengan rapi.Sepulang suami bekerja,kami mengantarkan kue kue tersebut ke warung warung dan toko toko. Saking sayangnya dengan motor baru,ketika suatu masa,kami terjatuh ditabrak orang,sikecil spontan menangis sambil menjerit "Motor kita yah,motor kita ditabrak orang Yah",dia sampai lupa dengan rasa sakitnya sendiri,karena lebih memikirkan motor barunya.
Kerja keras,kejujuran,semangat,keprihatinan dan kesungguhan hati kami,menuai banyak simpati dan dukungan dari temanAlhamdulillah.Ada yang sengaja mengirimkan kami uang 2 juta rupiah yang waktu itu sebuah nilai yang sangat tinggi bahkan bisa membuat kami melihat dunia lebih luas,untuk membeli segala kebutuhan usahaku.Bahkan tidak sedikit yang menawarkan modal untuk usaha,agar kami berkembang lebih maju. Hanya saja,kami masih belum percaya diri untuk mengemban amanah itu.Suatu hari,kami didatangi seorang sahabat lama,yang bercerita tentang kemajuan usahanya dibidang alat tulis dan foto copy. Beliau menganjurkan untuk melihat dulu usahanya itu.Jika dirasa cocok,dia dan suaminya bersedia membantu kami menuju kearah itu.Karena dirasakan berdagang makanan merupakan pekerjaan yang cukup berat.Sahabat yang lain juga menawarkan untuk meminjamkan modal berapa saja yang kami butuhkan asal bidang yang ditekuni sudah jelas.Akhirnya kami berangkat kekota tempat teman membuka fotocopy dan alat tulis.Berbekal uang dari teman,kami mengontrak sebuah toko yang ada rumah dibelakangnya dan bisa kami tempati untuk sekalian tinggal disana. Dari teman itu yang sudah mapan dibidangnya,kami belajar membuka foto copy dan alat tulis.Uang modal yang dipinjam dari teman yang satu belum mencukupi untuk pembayaran semua barang yang kami bawa. Sungguh sebuah kebaikan yang akan selalu terpatri dilubuk hati terdalam. Atas kekurangan uang itu,temanku malah bilang "Jangan difikirkan dulu bagaimana membayar kekurangannya,tapi fikirkanlah bagaimana kelak bisa lebih maju dari kami". MasyaAllah..nikmat yang mana lagi yang harus kami dustakan? Meskipun temanku bilang begitu,kami tetap berusaha mencicilnya setiap bulan,dan Alahmdulillah dapat kami lunasi dalam masa 7 bulan usaha.Di tempat ini,kami bergaul cukup baik,dan kebanyakan yang menjadi teman dan sahabatku adalah tukang ojek,tukang becak dan pedagang keliling. Mereka cukup bersahabat dan semua nya baik,bahkan mereka sering membantu aku mengeluarkan/memasukkan etalase,karena toko yang ku kontrak masih sangat mungil.
Alhamdulillah,kian hari,usaha makin menunjukkan kearah yang baik. Namun,sejak itu pula,aku mengalami sakit yang sangat tak tertahankan. Tulang kakiku serasa dipatah patah.Dari kloset sering muncul binatang yang entah bagaimana dia bisa hidup didalamnya,padahal sudah disirami racun,garam dan apa saja. Hal itu membuat aku trauma.Apalagi rumah itu tiba tiba dipenuhi dengan ulat yang sangat banyak,semakin disapu semakin banyak. Wallohu'alam,aku tidak tahu dari mana datangnya ulat ulat itu,padahal aku tinggal ditengah kota. bentuknya juga tidak lazim,seperti ulat ulat yang pernah kutemui. Aku seperti ketakutan,termasuk kepada diri sendiri..Dikamar mandi,dikamar,diruang tengah aku tetap tak berani sendiri,padahal rumah itu bersisian dengan jalan besar.Astghfirullah hal'aziim..Ampunkan dosa hamba ya Robb,jika karena dosa hamba engkau turunkan cobaan ini,maka ampunkanlah ya Allah. Alhamdulillah,tinggal disitu hanya 1 tahun,karena sang suami mendapatkan kerja baru.Bahagia sekali rasanya terlepas dari ribuan ulat tersebut.
Dibalik segala cobaannya,Allah Swt memberikan kelapangan dan kemudahan.UjianNya ternyata berbuah makna.Kami pindah ketempat yang baru,dengan diberikan fasilitas rumah dari perusahaan.Untuk melanjutkan usaha,kami mengontrak toko diluar komplek.Tanpa diduga,persis didepan toko itu,dibangun terminal kontainer yang cukup luas untuk menampung segala truk truk kontainer yang keluar masuk perusahaan. Dengan demikian,toko yang ku kontrak cukup murah,berubah menjadi ramai dan punya prospek yang cukup menjanjikan.Sahabatku pun bertambah dengan profesi yang beragam pula.Mulai dari petinggi perusahaan,petinggi kampung,sampai pedagang asongan,sopir truk,karyawan dan kuli bongkar terminal.Semua nya sangat baik dan menghargai.Meskipun banyak yang dari pekerja kasar,tapi mereka sangat melindungi aku.Bahkan suatu ketika aku pernah dihipnotis oleh seorang sopir dari luar,sahabat kuli itu yang memberi tahu aku,karena kaget melihat aku mengembalikan uang jauh lebih besar dari yang aku terima.Mereka lansung melindungi aku,dan menghajar sopir yang nakal itu.Alhamdulillah,Allah selalu menambah rezeki untuk kami.
Hanya saja,kakiku masih sering sakit,dan setelah 1,5 tahun berjalan,sakitku semakin parah,hingga rambutku rontok sampai harus botak/gundul. Aku tak ingin mengeluh kepada siapapun. Kondisi ini lebih banyak kami jalani bertiga bersama anak dan suami.Karena diawal awal merasakan sakit,nenek aku minta dibawa ibu pulang kekampung.Karena aku khawatir tidak mampu merawatnya dengan kondisi yang semakin parah.Sikecil yang waktu itu baru 8 tahun,harus mengurusi dirinya sendiri,bahkan menyuapiku makan dan mengambilkan obat dan air minum.Masih terngiang ditelinga ini,ketika sikecil menjerit memaggil,saat Ambulance melarikan ku kerumah sakit,sikecil berucap sambil terisak "Bunda jangan Mati,nanti Dita diurus sama siapa? "...Kesetiaan suami benar benar teruji dan aku junjung tinggi. Dari memandikan,sampai mengurusi segala kebutuhan dilakoni dengan setia tanpa keluh kesah.Apalagi disaat aku sedang tidak bisa bergerak banyak dari tempat tidur, Jangankan berjalan,duduk saja sulit kulakukan tanpa ditopang.Sesekali adikku datang dari Jakarta,karena dia juga punya keluarga sendiri yang harus diurusnya.Orang tua sengaja tidak dikasih tahu,karena takut akan menjadi beban bagi nya. Pada masa ini,aku seolah olah hampir putus asa. Serasa benar benar sudah tak sanggup menjalaninya.Sang suami tercinta berujar "Uang tak perlu bunda fikirkan,apapun dan kemanapun kita akan obati bunda.Ayah hanya ingin bunda sembuh.Uang bisa kita cari kembali".Tapi menyaksikan sang kekasih dan sibuah hati yang masih sangat belia,Cinta dan kasih sayang yang tinggi,membangkitkan semangat hidup yang luar biasa bagiku untuk tetap hidup dan hadir ditengah tengah mereka.Sekuat dan sebisa mungkin,aku ingin berusaha bangkit,dan cepat cepat sembuh.Pandangan akan masa depan yang tadinya mulai redup,perlahan aku nyalakan dengan semangat dari orang orang terkasih,hingga aku kuat bertahan dan sembuh kembali..Alhamdulillah ya Allah..Semua hanya karena kuasaMu.
Usaha yang tadinya mulai surut karena hanya diurusi pembantu,perlahan aku tata kembali.Aku mulai mengembangkan sayap mengelola beberapa usaha mulai dari usaha manpower,painting,pengelasan dan sebagainya.Dengan kaki yang masih tertatih tatih,aku bolak balik bersama adik laki laki bungsuku,untuk mengurusi proyek demi proyek.Tak jarang sikecil kubawa serta karena Alhamdulillah,kami mulai mampu membeli kendaraan roda 4.Hingga akhirnya aku benar benar cape dan lelah sekali. Apalagi kondisiku yang harus sibuk keluar rumah,Lingkungan toko yang mulai ramai dengan komunitas yang kurang nyaman untuk kusaksikan setiap hari,Pergaulan bebas,kejahatan,perjudian,mabuk"an harus menjadi santapan mataku setiap saat,menuntun aku untuk memohon kepada Allah,diberikan tempat kerja suami yang layak dan nyaman bagi perkembangan hidup kami dan sibuah hati. MasyaAllah,Do'aku di Jawab oleh Allah Swt tidak menunggu waktu yang lama. 15 Hari saja dari aku berdo'a,suamiku diterima bekerja di RasGas Qatar.
AllahuAkbar...Sungguh Nikmat yang luar biasa yang harus aku syukuri sepanjang masa.Disini aku bisa sepanjang hari menemani anak dan suami. Disini kami sangat berbahagia,aku merasa benar benar menjadi ibu sejati. Menunggui anak dan suami dirumah,merupakan kenikmatan yang tak mampu kuungkapkan.Hari hariku benar benar tercurah untuk mereka berdua. Haru biru luar biasa,air mata tak henti hentinya mengucur dari pelupuk mata,ketika aku diberi kesempatan umroh untuk pertama kalinya ke Baitullah. Aku sungguh kagum dengan kebesaran Allah Swt,dan aku setengah menjerit memanggilNya,untuk berucap, "Ya Robb,terimakasihku hanya padaMu,karena telah engkau tuntun kaki yang pernah lumpuh ini,untuk tawaf dan sa'i di rumahMu yang suci." Lebih terisak lagi,ketika Allah Swt memberi kami kesempatan berhaji sekeluarga,bersama Anak,suami dan kedua orang tua. Di Baitullah kami sekeluarga dihimpun dengan penuh Rahmad Nya. Nikmat itu semakin kurasakan,ketika dikesempatan berikutnya kami bisa umroh bersama kedua orang tua,menaiki mobil sendiri dari Qatar. Syahdu yang tak terkira ketika kulihat pancaran kebahagiaan terlukis jelas dari wajah ibu bapakku yang sudah menampakkan penuaan. Semua hadir diluar bayangan yang pernah kuimpikan. Alhamdulillah ya Allah..Tambahkanlah terus nikmat dan karuniaMu kepada keluarga kami,jangan sekali kali Engkau kurangi.Mudahkanlah bagi kami Sekeluarga untuk selalu datang ke Baitullah Tawaf dan sa'i mencari Ridho Mu.Aamiin ya Robb.
Inginku Urai beberapa kesimpulan dari kisah ini,barangkali bisa menjadi acuan buat yang memulai rumah tangga baru,ataupun memupuk semangat untuk para generasi muda :
1. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah Swt,jika Dia sudah berkehendak untuk itu. Karena itu,jangan pernah berhenti berusaha dan berdo'a memohon pertolonganNya. Dia yang Maha Hidup,dan Maha berkuasa atas diri dan jiwa setiap manusia. Jadi jangan pernah putus asa selama kita masih bersandar kepada Nya.
2. Bermimpi dan bercita citalah setinggi mungkin tanpa ragu ragu dan malu malu,karena impian kita hanyalah milik kita dan hanya kita yang tahu.
3. Jika punya impian yang tinggi,beranikanlah diri untuk memulai sesuatu yang paling dasar,walau mungkin harus dari titik terendah. Jangan pernah malu dan ragu untuk memulai nya. karena bangunan yang tinggi dan megah,selalu dibangun dari fondasi yang sangat dalam kebawah,agar tidak mudah roboh. Jika tidak berani membangun fondasi,atau mungkin malu,maka jangan pernah bermimpi melebihi dari fondasi itu sendiri.
4. Orang akan percaya bahwa kita mampu membangun yang besar,ketika orang melihat hasil kerja kita yang kecil tapi di lakukan dengan semangat,kegigihan,perjuangan dan kerja keras. Investor akan berfikir lebih hati hati mengucurkan dana untuk sesuatu yang besar,jika melakukan hal hal kecil saja kita tidak mampu menunjukkan keuletan dan keseriusan.
5.Beranilah merendahkan hati dengan melakukan sesuatu yang kecil dengan sabar dan bersyukur,demi mencapai impian yang besar. Bekerja keras dan jangan mudah menyerah sebelum impian menjadi kenyataan.
Mari kunjungi juga :
Rumah ku,syurgaku,taman jiwaku
Jejak kisah sang petualang
Kami awali sebuah rumah tangga baru dengan tanpa persiapan dan rancangan yang mapan. Tapi tujuannya jelas,membina rumah tangga yang SAMARA (Sakinah,Mawaddah Warohmah). Pengetahuan,persiapan,ekonomi,semua serba pas pasan. Walau Sedikit pengetahuan,tapi kami punya prinsip yang kuat. Walau persiapan yang minim,namun arah dan tujuan kami cukup jelas,Walau kondisi keuangan yang pas pasan tapi hati kami sangat kaya dengan jiwa yang bebas berbahagia,berlimpah kasih sayang,penuh pengertian, saling mengisi,saling melengkapi dan saling menguatkan satu sama lain.
Sejak 3 hari di pelaminan,kami jalani hari hari diperantauan,jauh dari sanak family dan keluarga. Karenanya,peran sahabat dan tetangga sangat besar dalam perjalanan kerajaan kecil kami.Awalnya aku akan bekerja disebuah universitas di Jambi,sebagai kelanjutan dari karirku,maka suami memilih mengontrak rumah di pusat kota Jambi. Tapi kondisiku yang sering bleeding dan kurang sehat,akhirnya kami lebih banyak di lokasi dimana suamiku bekerja,dan sangat jauh dari kota. Karena belum memperoleh rumah dinas,kami menghabiskan banyak waktu untuk hidup berpindah pindah tempat,dan menenteng koper kian kemari. Pertama kami ditawari untuk tinggal di rumah teman beberapa minggu,sampai kami diberi fasilitas tinggal di Mess tamu selama 1 bulan. Habis masa itu,kami tinggal di Mess bujangan 1 kamar yang ditempati suamiku bersama temannya sebelumnya. tidak berlansung lama,karena mess itu tidak boleh ditempati bersama keluarga. Hari berikutnya,kami tinggal di Salon di luar kompleks perumahan karyawan. Disini kami tinggal benar benar sederhana,dikamar yang sangat kecil,saking kecilnya,satu kasur(singel) harus dilipat ujungnya menjadi bantal,karena ruangannya tidak cukup kalau kasurnya di panjangkan. Setiap jam 12 malam,listrik dimatikan oleh yang punya genset.Air untuk mencuci atau mandi harus dibeli 2ribu rupiah/drum,sedangkan air minum dibawa dari dalam komplek dengan jerigen. Jika hari hujan,kami harus begadang,karena angin membuat air hujan masuk kedalam melewati dinding yang terbuat dari papan seadanya. Dalam kondisi begini,masih saja ada yang jahil,sehingga tanpa kami sadari,ada yang membolongi dinding kamar kami..Na'uzubillah hi min zaalik. Karena jauh dari tempat kerja,teman teman berinisiatif patungan membelikan kami sepeda motor seharga 1,5 Jt rupiah waktu itu. Kami cuma punya uang 500 ribu rupiah,sisanya teman teman yang iyuran memberi pinjaman untuk melengkapinya. Bantuan teman teman itu sangat besar artinya bagi kami dan tak akan pernah terlupakan. Berlama lama tinggal dalam kondisi yang kurang sehat,akhirnya kami di jemput oleh teman yang lain,yang sudah duluan menikah dan duluan dapat mess waktu itu,tapi cuma satu kamar. Mereka menjemput dan meminta kami tinggal bersamanya,padahal kondisi satu kamar benar benar tidak masuk akal jika ditempati oleh 2 pasangan pengantin baru. Tapi kebersamaan dan salidaritas yang tinggi,membuat kami tinggal dan hidup satu kamar beberapa minggu hingga nenekku datang dan akhirnya aku dan nenek tinggal di kota dirumah yang dikontrak suami. Dengan demikian,suami pulang seminggu sekali.
Setelah beberapa bulan,kami dikasih mess oleh perusahaan. Di mess yang cuma satu kamar itu,kami tinggal bertiga dengan nenek,dan kalau mau tidur kami harus membuat sekat dulu dari pintu lemari yang dibuka dan disambung dengan kain. Meskipun hidup tanpa Televisi,tanpa elektronik,dan kondisi yang paling sederhana,Alhamdulillah kami tetap enjoy dan happy,padahal parabola tetangga berdiri seperti jamur dimusim hujan.. Kami hidup saling menyayangi,saling membesarkan hati,saling memberi semangat,saling menguatkan dan tak pernah ada yang disesali. Begitu juga dengan tetangga,walaupun disekeliling aku orang sudah boleh dibilang mapan semua,tapi aku tak pernah merasa rendah diri.Karena menurutku,ini hanya masalah waktu dan keberuntungan.Semua datang dan pinjaman dari Allah Swt. Tetanggaku juga sangat baik dan aku selalu diajak dalam segala macam kegiatan dan kebersamaan. Walau dalam kondisi ekonomi paling terpuruk,tapi mereka sangat menghargai. Disini juga aku belajar banyak tentang hidup berumah tangga,bertetangga,dan belajar berbagai macam masakan. Disamping belajar dari nenek,tetangga juga mengajariku masakan asli daerah masing masing. Seperti soto banjar,mpek mpek,tekwan,karedok,tempe bacem dan sebagainya.Aku happy walau dengan kondisi yang paling sederhana.
Sebagai karyawan sebuah perusahaan swasta,sebenarnya gaji suamiku sudah cukup lumayan. Hanya saja,sifat royal,foya foya tanpa kendali,hura hura jiwa muda,dan hidupnya yang kurang terarah,membuat kami harus menanggung beban masa muda itu bersama sama disaat awal berumah tangga. Perlahan kami bangun kerajaan kecil yang semakin hari semakin bersinar. Kami berusaha mencicil apa apa yang kami perlukan,menabung,dan berusaha untuk tidak membuat hutang baru. Mulai dari membeli sebuah Ricecooker dengan harga 60 ribu rupiah ,buat kami waktu itu adalah sesuatu yang besar. tiap hari dipandangi,dibuka,lalu dimasukkan lagi ke kotaknya. 1 tahun menikah,kami bisa membeli Televisi 14 inc seharga 450 ribu hasil dari tabungan sisa belanja harianku. Suamiku kaget bukan kepalang,ketika kuajak membeli Televisi itu. Beliau tidak membayangkan aku bisa menyimpan uang sebanyak itu. Bulan depannya kami sudah mampu membeli Kulkas dari uang arisanku dengan tetangga. Masya Allah...Kebahagiaan ini tak mampu kulukiskan dengan kata kata. Bagaikan merawat kristal,kulkas itu aku Lap dan kurawat melebihi perawatan diri di salon..whihihi..maklum lah..baru dapat barang mewah..wkwkwk
Hari hari kami dihiasi dengan semangat dan harapan. Disana kami juga selalu dikunjungi oleh teman teman dan adik adik dari daerah asalku. Mereka adalah bagian yang tak mungkin terpisahkan dalam hidupku. Mereka datang dan berkumpul di mess ku yang mungil,seperti layaknya saudaraku sendiri.Mereka turut bahagia,ketika setelah 16 bulan menikah kami bisa tinggal di KPR 2 kamar. Bahagia dirasakan bukan kepalang. Aku berusaha menjahit gorden dengan tanganku sendiri,membuat meja dari bekas gulungan kabel dan lain lain. Saking semangatnya,kami bisa selesaikan membuat dapur dalam waktu satu hari dari kayu bekas bangunan kontraktor disana. Bahkan adik adik yang lain membuatkan kolam dan meletakkan teratai yang entah dari mana dia bawakan. Ikan ikan didalamnya yang kujadikan penghibur,karena waktu itu kami belum dipercaya menimang sibuah hati.Disana juga aku sempat merancang mendirikan SMP bersama teman teman,karena waktu itu SMP disana belum ada. Sayang niat baik ini belum kesampaian,karena kami harus pindah ketempat yang baru.
Rumah baru yang penuh berkah ini,hanya bisa kami nikmati 3 bulan saja,karena suamiku diterima disebuah perusahaan baru di pesisir borneo Kalimantan Timur. Disana saya sempat berbagi ilmu biologi di sebuah SMU. mengajar dari kelas 1 sampai kelas 3 setiap hari.Aku senang dan merasa sangat berarti,karena ilmu yang kuperoleh waktu sekolah,bisa bermanfaat untuk orang lain. Sayang karir ini juga tidak bisa kubangun sampai matang,dan hanya beberapa bulan saja,karena Allah memberikan ku kebahagiaan yang lebih dari itu. Alhamdulillah setelah 22 bulan menikah,aku hamil. Karena riwayat kesehatan yang kurang baik,suamiku melarangku melakukan aktifitas yang dapat berakibat fatal pada penantianku yang cukup lama. Aku juga ikhlas dan ridho menerima keputusan itu.
Alhamdulillah,disana kehidupan dunia cukup kami nikmati. Fasilitas perusahaan yang serba mewah,gaji yang terbilang tinggi (masa itu kami sudah menerima 1000 USD bahkan lebih),menjadikan beban hidup tidak terlalu berat. Disana pula kami bisa menikmati pesiar ke pulau,menginap di Villa yang berlabel Indonesia 1 yang biasanya hanya dinikmati oleh Presiden dan keluarganya masa itu. Kami bisa memancing,berenang,dan menikmati laut yang menyamai bunaken keindahannya dengan gratis. Sibuah hati pun terlahir disini. Walaupun perusahaan menanggung segala biaya,dan menyediakan Dokter ahli,aku memutuskan untuk melahirkan secara normal di bidan saja. Pemeriksaan ke Dokter ahli dengan alat yang serba canggih tetap kulakukan,tapi tepat hari H nya,aku memilih ditemani bidan saja. Karena aku merasa lebih nyaman dan melahirkan tanpa beban. Bersyukur,si Kecil terlahir sehat dan sempurna.
Kondisi rantauku yang sangat jauh dari kampung,menjadikan ibuku tidak dapat menemani proses melahirkan,karena tak mungkin meninggalkan nenek yang sudah tua. Karenanya,peran besar sahabat,teman seperantauan dan tetangga semakin aku rasakan. Disaat kepanikan suamiku sebagai calon seorang ayah,teman dan tetangga beramai ramai berkumpul menunggui masa persalinanku dengan bermacam macam aktifitas yang mereka lakukan,seperti mencarikan telor ayam,memasak dan melengkapi segala yang kubutuhkan. Terima kasih dan rasa haru tak dapat kulukiskan dengan kata kata. Bahkan ada sahabat karibku yang sengaja menginap bersama keluarganya beberapa bulan,untuk merawatku,hingga aku benar benar bisa kokoh dan pulih kembali.
Peran sang suami terukir dan terpatri dilubuk hati terdalam dan sangat membuatku bangga dan bersyukur menjadi isterinya. Beliau merawatku dan sibuah hati dengan sungguh sungguh,sebagaimana layaknya perawatan untuk orang yang habis melahirkan,melebihi siapapun,suami manapun yang pernah kutemui. Pagi pagi aku dimandikan,dipakaikan param,tapel dan dipasangi gurita,stagen dan lain lain.Bahkan rambutku harus dia yang sisirkan,karena kata orang menjelang 40 hari,tangan tidak boleh banyak aktifitas,agar air susu nya banyak. Beliau lansung duduk walaupun sedang lelap tidur,ketika mendengar sedikit saja rengekan anaknya. Kepala sikecil benar benar dijaga supaya tidak dalam posisi miring,agar kepalanya tidak peyang. Bahkan kaki anaknya pun dibalut sedemikian rupa,agar kelak tidak O atau X..whihihi..sungguh lucu jika mengenangnya.Berkat perawatan itu pula,air susuku mengalir sangat banyak bahkan melimpah sampai si kecil berumur 2 tahun. Saking banyaknya,umur 2 minggu,beratnya lansung bertambah 1,4kg dari berat lahir. Dan pada umur 2 bulan,disuruh diet ASI oleh dokter,karena sangat melebihi berat normal bagi anak seumurnya. Disana kami dengan mudah naik speedboat yang mewah,take boat bahkan naik pesawat gratis hanya dengan alasan mau ganti kaca mata.Sikecil disamping ASI,juga bisa kusuguhkan susu termahal di zamannya. Tapi makanan untuk keluarga,tetap kuracik dari tanganku sendiri. Disana hari hariku diisi dengan mengajar ibu ibu rumah tangga membaca Al Qur'an.Dengan kondisi ekonomi yang memadai,kami berniat memberangkatkan orang tua dan mertua menunaikan ibadah haji. Tapi sayang situasi Dolar yang tiba tiba melambung tinggi,ONH menanjak tajam,namun gaji tidak ikutan naik,menjadikan niat baik itu terpaksa diurungkan dulu.
Namun takdir Allah Swt benar benar tidak bisa kita duga.Ketika kami baru saja datang dari kampung karena mertuaku sakit,disaat aku baru saja menghabiskan banyak uang untuk pulang tiba tiba suamiku dan teman teman mengundurkan diri. Dengan suatu alasan,suamiku dan 17 teman lainnya tidak mau lagi bekerja,jika tuntunnya ke perusahaan tidak dikabulkan. Banyak teman dan sahabat dari berbagai organisasi kemasyarakatan,seperti dari sesama orang Minang,sesama teman pengajian,dan lain lain,tetap tidak mampu melunturkan hati suami dan teman temanku untuk tetap minta berhenti dari perusahaan. Disini takdir Allah benar benar saya rasakan. Karena apapun caranya untuk keluar,rezekiku sudah saatnya terhenti dari sana dan ada alasan atau pun tidak,takdir tetap akan membuat suamiku resign dari kemewahan ini. Siapapun orangnya,pasti akan kaget dan mungkin sangat tidak siap dengan berhenti tiba tiba tanpa mendapatkan kerja baru seperti itu. Begitu juga yang kualami. Tapi Support dari teman teman,baik moril maupun materil,membuat aku tegar dan tetap kokoh mendampingi suami yang pastinya lebih panik. MasyaAllah..aku benar benar diberi kekuatan oleh Allah Swt melalui bantuan dan partisipasi teman teman dalam kondisi keterpurukan yang sangat dalam. Dalam kelemahan jiwa dan semangat,teman teman berperan penting membuat kami tetap kuat dan kokoh. Kami sampai tidak mengenali barang barang kami ditempatkan dikardus yang mana,karena semuanya dikemasi oleh teman-teman.Beberapa hari sebelum pulang,semua barangku sudah dipacking rapi,sampai aku tidak bisa lagi memasak. Tapi makanan setiap hari berdatangan silih berganti dari teman teman yang kucintai. Tak satupun barangku yang tercecer,kecuali mereka membelinya dengan harga yang tinggi bahkan dua kali lipat dari harga yang kutawarkan..Bahkan aku diselipkan uang yang cukup banyak dari teman teman,yang jumlahnya bisa kupakai untuk ongkos dan biaya hidup selama 3 bulan.
Selanjutnya kami putuskan untuk tinggal di kota Padang. Disana kami membangun sebuah rumah dengan uang hasil tabungan yang masih tersisa. Menjelang rumah selesai,kami mengontrak dulu di tempat yang dekat dengan rumah itu.Sengaja,dalam kondisi ini,kami putuskan untuk tidak tinggal bersama orang tua maupun saudara. Karena,jujur,kondisi perasaan pastinya sedang sangat sensitif. Aku tetap ingin mempertahankan kebebasan jiwa,kebebasan bertindak dan berfikir yang telah kami bangun selama ini. Dengan tidak mengurangi rasa hormat,serta dengan tetap membutuhkan nasehat orang tua,kami berusaha tetap menjadikan keluarga kecil kami punya privacy sendiri.Orang tua cukup memberi pandangan saja,selanjutnya keputusan tetap menjadi milik kami . Walaupun hanya sebuah rumah kecil,diluar dugaan ternyata biaya pembangunan rumah itu menguras semua tabunganku,dan itupun belum cukup untuk menyelesaikan sebagaimana yang kubayangkan. Karena tidak punya uang lagi untuk membayar tukang,akhirnya plafonnya kami pasang berdua dengan adikku yang juga perempuan,begitu juga pekerjaan sisa pembangunan yg lainnya,karena waktu itu suamiku sedang berada diluar kota untuk mencari pekerjaan baru.Susu sikecil pun perlahan berubah semakin murah dan semakin murah. Pada masa ini aku sangat menghargai arti uang seribu,sepuluh ribu apa lagi seratus ribu.Apa lagi aku masih sedang membiayai kuliah adikku dan aku tak ingin kuliahnya terputus hanya karena ekonomiku yang tiba tiba surut.Kondisi yang mendadak ini membuatku sedikit gamang,apalagi menghadapi lebaran tanpa THR. Dirumah itu kami berjualan dengan modal yang sangat kecil. kami berjualan sembako yang tak lengkap,tapi cukuplah membuat ada pemasukan sehari hari. Suatu hal yang tak mungkin terlupakan,ketika aku,adik perempuanku dan suamiku belajar menggunakan parutan kelapa sebelum warung resmi di buka. Kami bergantian mencobanya,hingga diyakini kalau kami bertiga bisa mengoperasikan alat itu. Pada episode inilah kami benar benar merasakan arti sahabat,keluarga dan saudara. Dari kondisi ini pula,kami bisa menilai,merasakan dan menyimpulkan mana yang tulus,mana yang kurang peduli. Alhamdulillah dukungan dari para sahabat tak henti hentinya kami terima. Begitu juga dengan keluarga.
Kondisi ini terus berlansung hingga 6 bulan lamanya,sampai suamiku mendapatkan pekerjaan baru di Bekasi.Dalam kondisi sedikit terdesak,suamiku menerima pekerjaan yang gajinya sangat kecil,jauh dari yang pernah diterima pada perusahaan sebelum sebelumnya.Karena suami telah bekerja dan berangkat lebih dulu,3 bulan berikutnya aku menyusul bersama sibuah hati ditemani ibu dan seorang adik laki laki. Aku usahakan membawa barang barang yang bisa kupakai dan bermanfaat supaya tak harus membelinya lagi ditempat yang baru.Alhamdulillah,berkat pertolongan Allah Swt,dengan membuat kesepakatan dengan kernet Bus yang kutumpangi,barang barang yang kubawa sekitar 16 kardus besar,bisa selamat menempati 1 bagasi mobil penuh,bahkan harus ditambahkan sebagian ke bagasi sebelahnya.. Tentunya aku berusaha untuk tidak dikenakan biaya yang cukup besar.Alhasil,si kernet aku kasih uang 40 ribu saja,dan semua barang barang selamat sampai ketujuan dibawah pengawasan sikernet. Otomatis,disaat penurunan barang,Sang Sopir sontak kaget melihat barisan barangku yg berjejer disepanjang badan bus itu.Sang sopir sempat bertanya,bayar berapa di agen. Aku jawab jujur,..aku ga bayar sepeserpun ke agennya.Suamipun geleng geleng kepala dan serasa tak percaya,aku bisa memindahkan barang sebanyak itusambil berujar,kalau berangkat bareng ayah,ayah ga bakalan kefikir bawa barang sebanyak ini.Lebih heran lagi ketika mendengar semuanya hanya dibayar 40 ribu rupiah saja. Hehehe..dimana ada kesulitan,disana akal berperan mencari jalan penyelesaian.
Rumah yang baru saja kami bangun,terpaksa dikontrakan.Uang hasil kontrakan digunakan untuk mengontrak rumah kembali. Di Bekasi kami kembali ketitik Nol. Kami mulai dengan selembar kasur yang hanya muat ditempati sikecil,itupun pinjaman dari yang punya rumah.Sang suami juga ketempat kerja menggunakan sepeda tua yang harganya 100 ribu,yang dicicil 2x bayar,supaya sewa angkot tak menambah beban keuangan.Tapi,aku tetap mensupport,biarlah di tempat kerja dapat sedikit,yang penting ada yang ditunggu dari bulan kebulan. Sisanya nanti kita usahakan bersama sama dengan berjualan apa saja. Hal itu pula yang mengharuskan aku berjualan makanan,es,dan apa saja yang diinginkan pelanggan.Disamping itu,aku juga dipercaya saudara untuk mengambil kain/barang dari saudara yang berjualan di tanah abang ataupun ditempat lain. Kami membayarnya setelah barangnya laku.Perlahan kami bisa membeli sebatang kasur,dan sebuah lemari yang atasnya dipakai untuk TV,bawahnya bisa menyimpan kain. Setelah satu tahun,kami bisa mencicil sebuah sepeda motor. Bahagia nya bukan main. Dengan bermodalkan sepeda motor,pengembangan usaha kue mulai ditingkatkan.Pagi ketika suami bekerja,aku membuat kue kue dan membungkusnya dengan rapi.Sepulang suami bekerja,kami mengantarkan kue kue tersebut ke warung warung dan toko toko. Saking sayangnya dengan motor baru,ketika suatu masa,kami terjatuh ditabrak orang,sikecil spontan menangis sambil menjerit "Motor kita yah,motor kita ditabrak orang Yah",dia sampai lupa dengan rasa sakitnya sendiri,karena lebih memikirkan motor barunya.
Kerja keras,kejujuran,semangat,keprihatinan dan kesungguhan hati kami,menuai banyak simpati dan dukungan dari temanAlhamdulillah.Ada yang sengaja mengirimkan kami uang 2 juta rupiah yang waktu itu sebuah nilai yang sangat tinggi bahkan bisa membuat kami melihat dunia lebih luas,untuk membeli segala kebutuhan usahaku.Bahkan tidak sedikit yang menawarkan modal untuk usaha,agar kami berkembang lebih maju. Hanya saja,kami masih belum percaya diri untuk mengemban amanah itu.Suatu hari,kami didatangi seorang sahabat lama,yang bercerita tentang kemajuan usahanya dibidang alat tulis dan foto copy. Beliau menganjurkan untuk melihat dulu usahanya itu.Jika dirasa cocok,dia dan suaminya bersedia membantu kami menuju kearah itu.Karena dirasakan berdagang makanan merupakan pekerjaan yang cukup berat.Sahabat yang lain juga menawarkan untuk meminjamkan modal berapa saja yang kami butuhkan asal bidang yang ditekuni sudah jelas.Akhirnya kami berangkat kekota tempat teman membuka fotocopy dan alat tulis.Berbekal uang dari teman,kami mengontrak sebuah toko yang ada rumah dibelakangnya dan bisa kami tempati untuk sekalian tinggal disana. Dari teman itu yang sudah mapan dibidangnya,kami belajar membuka foto copy dan alat tulis.Uang modal yang dipinjam dari teman yang satu belum mencukupi untuk pembayaran semua barang yang kami bawa. Sungguh sebuah kebaikan yang akan selalu terpatri dilubuk hati terdalam. Atas kekurangan uang itu,temanku malah bilang "Jangan difikirkan dulu bagaimana membayar kekurangannya,tapi fikirkanlah bagaimana kelak bisa lebih maju dari kami". MasyaAllah..nikmat yang mana lagi yang harus kami dustakan? Meskipun temanku bilang begitu,kami tetap berusaha mencicilnya setiap bulan,dan Alahmdulillah dapat kami lunasi dalam masa 7 bulan usaha.Di tempat ini,kami bergaul cukup baik,dan kebanyakan yang menjadi teman dan sahabatku adalah tukang ojek,tukang becak dan pedagang keliling. Mereka cukup bersahabat dan semua nya baik,bahkan mereka sering membantu aku mengeluarkan/memasukkan etalase,karena toko yang ku kontrak masih sangat mungil.
Alhamdulillah,kian hari,usaha makin menunjukkan kearah yang baik. Namun,sejak itu pula,aku mengalami sakit yang sangat tak tertahankan. Tulang kakiku serasa dipatah patah.Dari kloset sering muncul binatang yang entah bagaimana dia bisa hidup didalamnya,padahal sudah disirami racun,garam dan apa saja. Hal itu membuat aku trauma.Apalagi rumah itu tiba tiba dipenuhi dengan ulat yang sangat banyak,semakin disapu semakin banyak. Wallohu'alam,aku tidak tahu dari mana datangnya ulat ulat itu,padahal aku tinggal ditengah kota. bentuknya juga tidak lazim,seperti ulat ulat yang pernah kutemui. Aku seperti ketakutan,termasuk kepada diri sendiri..Dikamar mandi,dikamar,diruang tengah aku tetap tak berani sendiri,padahal rumah itu bersisian dengan jalan besar.Astghfirullah hal'aziim..Ampunkan dosa hamba ya Robb,jika karena dosa hamba engkau turunkan cobaan ini,maka ampunkanlah ya Allah. Alhamdulillah,tinggal disitu hanya 1 tahun,karena sang suami mendapatkan kerja baru.Bahagia sekali rasanya terlepas dari ribuan ulat tersebut.
Dibalik segala cobaannya,Allah Swt memberikan kelapangan dan kemudahan.UjianNya ternyata berbuah makna.Kami pindah ketempat yang baru,dengan diberikan fasilitas rumah dari perusahaan.Untuk melanjutkan usaha,kami mengontrak toko diluar komplek.Tanpa diduga,persis didepan toko itu,dibangun terminal kontainer yang cukup luas untuk menampung segala truk truk kontainer yang keluar masuk perusahaan. Dengan demikian,toko yang ku kontrak cukup murah,berubah menjadi ramai dan punya prospek yang cukup menjanjikan.Sahabatku pun bertambah dengan profesi yang beragam pula.Mulai dari petinggi perusahaan,petinggi kampung,sampai pedagang asongan,sopir truk,karyawan dan kuli bongkar terminal.Semua nya sangat baik dan menghargai.Meskipun banyak yang dari pekerja kasar,tapi mereka sangat melindungi aku.Bahkan suatu ketika aku pernah dihipnotis oleh seorang sopir dari luar,sahabat kuli itu yang memberi tahu aku,karena kaget melihat aku mengembalikan uang jauh lebih besar dari yang aku terima.Mereka lansung melindungi aku,dan menghajar sopir yang nakal itu.Alhamdulillah,Allah selalu menambah rezeki untuk kami.
Hanya saja,kakiku masih sering sakit,dan setelah 1,5 tahun berjalan,sakitku semakin parah,hingga rambutku rontok sampai harus botak/gundul. Aku tak ingin mengeluh kepada siapapun. Kondisi ini lebih banyak kami jalani bertiga bersama anak dan suami.Karena diawal awal merasakan sakit,nenek aku minta dibawa ibu pulang kekampung.Karena aku khawatir tidak mampu merawatnya dengan kondisi yang semakin parah.Sikecil yang waktu itu baru 8 tahun,harus mengurusi dirinya sendiri,bahkan menyuapiku makan dan mengambilkan obat dan air minum.Masih terngiang ditelinga ini,ketika sikecil menjerit memaggil,saat Ambulance melarikan ku kerumah sakit,sikecil berucap sambil terisak "Bunda jangan Mati,nanti Dita diurus sama siapa? "...Kesetiaan suami benar benar teruji dan aku junjung tinggi. Dari memandikan,sampai mengurusi segala kebutuhan dilakoni dengan setia tanpa keluh kesah.Apalagi disaat aku sedang tidak bisa bergerak banyak dari tempat tidur, Jangankan berjalan,duduk saja sulit kulakukan tanpa ditopang.Sesekali adikku datang dari Jakarta,karena dia juga punya keluarga sendiri yang harus diurusnya.Orang tua sengaja tidak dikasih tahu,karena takut akan menjadi beban bagi nya. Pada masa ini,aku seolah olah hampir putus asa. Serasa benar benar sudah tak sanggup menjalaninya.Sang suami tercinta berujar "Uang tak perlu bunda fikirkan,apapun dan kemanapun kita akan obati bunda.Ayah hanya ingin bunda sembuh.Uang bisa kita cari kembali".Tapi menyaksikan sang kekasih dan sibuah hati yang masih sangat belia,Cinta dan kasih sayang yang tinggi,membangkitkan semangat hidup yang luar biasa bagiku untuk tetap hidup dan hadir ditengah tengah mereka.Sekuat dan sebisa mungkin,aku ingin berusaha bangkit,dan cepat cepat sembuh.Pandangan akan masa depan yang tadinya mulai redup,perlahan aku nyalakan dengan semangat dari orang orang terkasih,hingga aku kuat bertahan dan sembuh kembali..Alhamdulillah ya Allah..Semua hanya karena kuasaMu.
Usaha yang tadinya mulai surut karena hanya diurusi pembantu,perlahan aku tata kembali.Aku mulai mengembangkan sayap mengelola beberapa usaha mulai dari usaha manpower,painting,pengelasan dan sebagainya.Dengan kaki yang masih tertatih tatih,aku bolak balik bersama adik laki laki bungsuku,untuk mengurusi proyek demi proyek.Tak jarang sikecil kubawa serta karena Alhamdulillah,kami mulai mampu membeli kendaraan roda 4.Hingga akhirnya aku benar benar cape dan lelah sekali. Apalagi kondisiku yang harus sibuk keluar rumah,Lingkungan toko yang mulai ramai dengan komunitas yang kurang nyaman untuk kusaksikan setiap hari,Pergaulan bebas,kejahatan,perjudian,mabuk"an harus menjadi santapan mataku setiap saat,menuntun aku untuk memohon kepada Allah,diberikan tempat kerja suami yang layak dan nyaman bagi perkembangan hidup kami dan sibuah hati. MasyaAllah,Do'aku di Jawab oleh Allah Swt tidak menunggu waktu yang lama. 15 Hari saja dari aku berdo'a,suamiku diterima bekerja di RasGas Qatar.
AllahuAkbar...Sungguh Nikmat yang luar biasa yang harus aku syukuri sepanjang masa.Disini aku bisa sepanjang hari menemani anak dan suami. Disini kami sangat berbahagia,aku merasa benar benar menjadi ibu sejati. Menunggui anak dan suami dirumah,merupakan kenikmatan yang tak mampu kuungkapkan.Hari hariku benar benar tercurah untuk mereka berdua. Haru biru luar biasa,air mata tak henti hentinya mengucur dari pelupuk mata,ketika aku diberi kesempatan umroh untuk pertama kalinya ke Baitullah. Aku sungguh kagum dengan kebesaran Allah Swt,dan aku setengah menjerit memanggilNya,untuk berucap, "Ya Robb,terimakasihku hanya padaMu,karena telah engkau tuntun kaki yang pernah lumpuh ini,untuk tawaf dan sa'i di rumahMu yang suci." Lebih terisak lagi,ketika Allah Swt memberi kami kesempatan berhaji sekeluarga,bersama Anak,suami dan kedua orang tua. Di Baitullah kami sekeluarga dihimpun dengan penuh Rahmad Nya. Nikmat itu semakin kurasakan,ketika dikesempatan berikutnya kami bisa umroh bersama kedua orang tua,menaiki mobil sendiri dari Qatar. Syahdu yang tak terkira ketika kulihat pancaran kebahagiaan terlukis jelas dari wajah ibu bapakku yang sudah menampakkan penuaan. Semua hadir diluar bayangan yang pernah kuimpikan. Alhamdulillah ya Allah..Tambahkanlah terus nikmat dan karuniaMu kepada keluarga kami,jangan sekali kali Engkau kurangi.Mudahkanlah bagi kami Sekeluarga untuk selalu datang ke Baitullah Tawaf dan sa'i mencari Ridho Mu.Aamiin ya Robb.
Inginku Urai beberapa kesimpulan dari kisah ini,barangkali bisa menjadi acuan buat yang memulai rumah tangga baru,ataupun memupuk semangat untuk para generasi muda :
1. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah Swt,jika Dia sudah berkehendak untuk itu. Karena itu,jangan pernah berhenti berusaha dan berdo'a memohon pertolonganNya. Dia yang Maha Hidup,dan Maha berkuasa atas diri dan jiwa setiap manusia. Jadi jangan pernah putus asa selama kita masih bersandar kepada Nya.
2. Bermimpi dan bercita citalah setinggi mungkin tanpa ragu ragu dan malu malu,karena impian kita hanyalah milik kita dan hanya kita yang tahu.
3. Jika punya impian yang tinggi,beranikanlah diri untuk memulai sesuatu yang paling dasar,walau mungkin harus dari titik terendah. Jangan pernah malu dan ragu untuk memulai nya. karena bangunan yang tinggi dan megah,selalu dibangun dari fondasi yang sangat dalam kebawah,agar tidak mudah roboh. Jika tidak berani membangun fondasi,atau mungkin malu,maka jangan pernah bermimpi melebihi dari fondasi itu sendiri.
4. Orang akan percaya bahwa kita mampu membangun yang besar,ketika orang melihat hasil kerja kita yang kecil tapi di lakukan dengan semangat,kegigihan,perjuangan dan kerja keras. Investor akan berfikir lebih hati hati mengucurkan dana untuk sesuatu yang besar,jika melakukan hal hal kecil saja kita tidak mampu menunjukkan keuletan dan keseriusan.
5.Beranilah merendahkan hati dengan melakukan sesuatu yang kecil dengan sabar dan bersyukur,demi mencapai impian yang besar. Bekerja keras dan jangan mudah menyerah sebelum impian menjadi kenyataan.
Mari kunjungi juga :
Rumah ku,syurgaku,taman jiwaku
Jejak kisah sang petualang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar