Minggu, 07 Agustus 2011

Pecah sebuah Piring,Bukan berarti Retaknya sebuah Keharmonisan


Barusan suamiku mau makan kolak,sementara aku lagi diruangan yang lain. Aku lupa menaruh mangkok,dan biasanya kalau suami mau makan,lansung aku taruh di mangkok. Tapi karena tadi aku tinggal suami masih makan nasi,aku belum sajikan kolaknya. 
Ternyata,disaat aku belum sempat menghidangkannya,suamiku berusaha mengambilnya sendiri. Mangkok nya masih di lemari. Sewaktu mengambil,ga sengaja Suami ku menjatuhkan piring yang ada di bagian atas deretan mangkok itu,lalu pecah. 

Kami berdua saling merasa bersalah,...Ayah maaf kan bunda,belum sempat menghidangkan kolak nya ke ayah,hingga ayah harus mengambil sendiri.
Suamiku juga bilang,maaf ayah ya nda, piringnya jadi pecah,biarin dulu,nanti biar ayah yang bersihkan pecahannya.

Hikmah yang kupetik dari sini,..Jika kondisi ini menyandarkan kepada rasa tanggung jawab ,pengertian,dan kasih sayang keduanya,alhamdulillah,tidak ada yang saling menyalahkan,dan konflik dapat di elakkan. Sebaiknya disetiap masalah,kita cepat cepat mencari penyelesaian,dan  segera membangun pengertian.

Bisa dibayangkan,jika dalam kondisi emosi,dan perasaan yang tidak stabil,kadang akan menimbulkan amarah,saling menyalahkan,dan mungkin kata kata yang kurang patut didengar,tidak dapat di elakkan,hanya karena pecah nya sebuah piring.

Tidak jarang kita dengar,orang memukul/menghukum anaknya,hanya karena memecahkan sebuah gelas. Sebegitu berharganya kah sebuah gelas,dibanding seorang anak???


Ini baru contoh kecil. Tidak tertutup kemungkinan,akan ada masalah yang lebih besar yang bisa merusak keharmonisan,dan menurunkan peringkat pengertian dan kasih sayang. Hal hal yang jauh lebih kurang bernilai,kadang berpengaruh besar terhadap tergadainya sebuah kedamaian dan kebahagian Rumah tangga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar