Rabu, 31 Desember 2014

Titik Balik Dari Kecemasan Yang Dalam, Menuntun Sebait Kepasrahan Kepada Sang Pemilik KeAbadian



INNALILLAAHI WAINNA ILAIHI ROOJI'UUN

Bagi perantau jauh seperti Kami, berjam jam diudara, dengan kondisi cuaca yang tidak bisa diprediksi, adalah sebuah keharusan yang tidak dapat dielakkan .Kalau dihitung , tahun ini saja, harus turun naik pesawat hingga 12 kali.. Subhanallah.. Antara Harap dan Cemas berkelebat silih berganti.

Peristiwa Memilukan yang terjadi pada Air Asia Minggu Pagi 28 Desember, membuka kenangan lamaku tentang pengalaman Dahsyat Pada pertengahan Juli 2010 2014 Lalu. Dimana Turbulence selama 6 Jam di udara, telah mengombang ambing jiwa dan perasaanku yang teramat dalam.

Jika dikenang trauma itu, sulit rasanya hari ini aku bisa tersenyum kembali... Sedih, Takut, Cemas dan entah apa lagi kata kata yang pantas setara dengan ini.

Kala itu, kami mendadak harus pulang ke tanah air, karena ada urusan yang perlu diselesaikan. Karena dadakan, dan Juli adalah Peak season utk dunia penerbangan, maka terpaksa  ketika berangkat kami duduk dalam kondisi kursi terpisah pisah.
Pertarungan mental dimulai sejak dr Muschat hingga Aceh , kurag lebih 6 jam lamanya. Turbulence dan angin panas dari Eropa telah mengombang ambing kami dari ketinggian menghempas entah berapa kaki kebawah, naik lagi, turun lagi, pesawat membelok ke kiri, kenan begitu seterus nya tanpa henti. Lampu emergency, tanda wajib memakai Safety Belt tidak pernah di padamkan. Rute Pesawat yang tadinya dengan jalur lurus menuju Jakarta, tiba tiba meliuk liuk seperti ular menghampiri Pathaya Thailand.
Pesawat waktu itu sebagian besar dipenuhi oleh bule yang ingin berlibur ke Indonesia. Termasuk yang disamping kiri dan kananku. Hampir semua orang kala itu tampak gelisah. Alhamdulillah si buah hati yang duduk 2 kursi didepanku tetap tenang menikmati film kesukaannya seperti kebiasaanya kalau sedang di udara. Entah lah dengan suamiku, yang duduk lebih jauh diruang depan yang berbeda dengan kami. Kondisi duduk terpisah ini juga menambah ketidak nyamanan semakin menjadi.

Ketika sang Bule mencoba menghibur, mengajakku main game, atau nonton film, aku hanya bilang, bahwa aku sudah tidak bisa lagi konsentrasi memikirkan yang lain, karena kondisi penerbangan ini membuat ku sangat panik dan cemas. Kebanyakan penumpang dalam kondisi tegang , termasuk pramugari yg tampak lebih gelisah dari biasanya.

Alhamdulillah, setelah melewati Aceh, memasuki Sumatera Utara, kondisi udara sudah mulai agak reda, dan lampu emergency juga sudah dipadamkan. Namun demikian, trauma tetap tidak bisa hilang begitu saja. Berbulan bulan lamanya aku menjadi orang yang hidup dalam bayangan ketakutan, kecemasan dan kegelisahan. 2 tahun lamanya Aku tak berani pulang ke Indonesia. Sebulan lamanya setelah kembali lagi ke Qatar, aku gundah gulana. Bermacam model penyakit pun bermunculan. Bahkan sedikit saja berkeringat, lansung kulit terasa gatal luar biasa. Suntikan dokter dengan obat tidur dosis tinggi pun t idak mempan membuatku tertidur lelap.

Masyaa Allah.. Dibalik semua yang terjadi itu, Allah Swt ternyata ingin menegurku, menyapa dengan cinta Nya, agar aku lebih belajar, bagaimana cara berserah diri dengan sepenuh hati. Perlahan, aku belajar dari semua orang, dari siapa saja yang bisa kutanya dan kuceritakan, Hingga aku ditanya oleh seseorang, "Jika Kematian Itu benar benar sudah dekat, Kita mau Apa ???
Apakah kita bisa lari atau bersembunyi , Atau minta pertolongan ???
Dari situ aku mulai mencari jawabnya sendiri, Bahwa sesungguhnya Harus Mempersiapkan Diri. 

Sejak itu pula, kucoba mencari bekal demi bekal, jawaban demi jawaban, yang membuat hati ini makin nyaman ,tentram dan terlepas dari yang disebut keluh kesah. Kucoba perlahan membangun kepasrahan. Belajar dari kisah Nabi  Ismail As, karena kecintaannya pada Allah Swt, Pedang yang tajam yang akan menyayat lehernyapun tidak pernah dia takuti dan cemaskan. Begitupun dengan Bapaknya Nabi Ibrahim As, Bagaimana dia akan bisa membantah perintah Allah Swt, mempertahankan jiwa anaknya, sedangkan jiwa nya sendiri datang dari Allah Swt.
Demikian Juga dengan Nabi Yunus As, meskipun sudah ditelan ikan paus, tapi jika kata Allah Swt, belum sampai ajalnya, maka dia pun belum akan mati.

Dari kejadian itu, aku tersentak dengan sebuah kesimpulan bahwa dimanapun posisi tempat duduk, Jabatan dan posisi keduniaan walau di VIP, didepan ,paling belakang, Pilot, Co Pilot, Pramugari, President, Pejabat,  Rakyat biasa, Majikan maupun pelayan, semua dalam prioritas yang sama ketika pesawat sudah lepas landas diudara, sama hal nya dengan posisi yang sama di hadapan Allah Swt . Hanya Iman dan ketaqwaannya saja yang bisa menjadikan seseorang itu tenang tentram dalam penyerahan diri yang utuh kepada sang Khaliq tanpa tergoda oleh ketakutan menghadapi pertanggung jawaban kepada sang Pemberi Titipan kemewahan dunia, dan tidak pernah khawatir untuk meninggalkan segala kemewahan dunia yang tengah dipeluknya.
Semakin tinggi tingkat keimanan dan kedekatannya kepada Allah swt, semakin tentram dan tenanglah dia menghadapi Malaikat Maut sekalipun. Tapi semakin jauh dari Allah Swt, maka semakin ketakutanlah dia menjalaninya.
Jika ajal memang sudah waktunya, jangankan di Pesawat, dimobil, di jalan atau dimana mana, sedang baik baik pun Malaikat Maut takkan pernah lalai dengan tugasnya

Tugas kita hanyalah bersiap diri, berbenah apa yang mampu kita benahi, Berbuat sesuai dengan ajaran dan tuntunan Allah Swt, Memperbanyak kebaikan dan menjauhi Larangan Allah Swt. Selanjutnya Berpasrahlah dengan sepenuh Kepasrahan, sehingga tidak ada lagi kepasrahan yang melebihi Pasrah kita Kepada ALLAH SWT.

Dengan kepasrahan itu, Alhamdulillah, tidak akan ada lagi kecemasan, ketakutan, kekhawatiran sehingga kita bisa melangkah dibumi yang damai ini dengan hati yang tenag dan jiwa yang tentram. Jika datang godaan ,bisikan syetan, bergegaslah kembali, memohon perlindungan hanya pada Allah Swt semata.
Dengan Tawakkal pada Allah Swt, Bermohon perlindungan, berpasrah diri, maka Aku tidak pernah lagi takut dan cemas kecuali yang kutakutkan hanyalah ketika berfikir bahwa " Persiapanku belumlah  cukup, sementara Dosaku Masih terlalu banyak "


Kamis, 04 Desember 2014

Mengharap RidhoMu






Wahai Robbi.. Penguasa yang Zahir dan yang Bathin..
Sungguh Sujud ini, belumlah khusu' seperti yang Kau pinta. tapi terima jua lah Ya Allah, karena hamba yakin, Kasih Mu melebihi dari setiap persembahanku.. Sambut jualah dengan cintaMu, karena hamba penuh harap, semoga setiap kali raga tertunduk padaMu, setiap itu pula hamba sedang mencoba dan berjuang mendekatkan jiwa ini padaMu.. 
Hamba sadari, pendekatan diri ini, sungguh jauh dari segala sempurna yang dituntun RasulMu.. karena rayuan duniawi masih menggoda hasrat jiwa karena bjukan Nafsu yang Engkau lekatkan pada hamba. Tapi percayalah Wahai zat yang Maha Tinggi.. hamba sedang terus berjuang melawaan godaan, karena hasrat hamba yang sesungguhnaya adalah Takluk dalam pengabdian menghamba untuk selalu dalam peluk kasih sayangMu yang sempurna.

Wahai Zat yang padaMu bersimpuh segala isi alam..
 Berkahi jualah hamba dengan Ridho dan RahmanMu, meskipun setiap kebaikan yang hamba lakukan masih bernafas ria dan belum pandai sempurna ikhlas.. Tapi Engkau pasti Maha Tahu Wahai pemilik jiwa, hamba  sedang mengerahkan semua upaya untuk terus menata hati menuju yang sesungguhnya Engkau kehendaki.. Engkau pula yang menitipkan hati yang tak sempurna ini, sehingga hamba belum mampu Qana'ah seperti tuntunan para NabiMu. Hamba percaya, Engkau tentu selalu menyaksikan besarnya perjuangan hambaMu melawan bujukan Syetan dalam menggapai MaghfirahMu..

Wahai Allah.. Zat yang Kasih sayangMu melingkupi semua sisi kehidupan.. 
Hamba sungguh menyadari,.. PerintahMu belum semua terturuti.. laranganMu belum semua hamba jauhi.. Karena itu ya Robb.. Sekecil apapun amalan ini, terima jualah sebagai bentuk penggalan cinta yang belum suci. Engkau tentu Maha Menyaksikan wahai Zat yang Maha suci.. Hamba sedang merintis dan terus menangis berkeliling berkelana mencari jati diri mengharap kan cintaMu yang abadi. Ketika Shalat belum sempurna Khusu', Beramal belum pandai Ikhlas, berhijap belum sempurna tertutup, Berpuasa belum sempurna tulus, Tapi Engkau Maha Bijak wahai  Zat yang Maha Tunggal.. Hamba sedang menuju ke JalanMu..  Sedang berperang dengan ambisi dan pujian manusia. Jangan sekali kali Engkau biarkan hamba salah mencoba dan melangkah ya Allah.. Jangan abaikan hamba ketika menggapai gapai memanggilMu ya Robb.. Engkau pasti Tahu, Bahwa hamba sebenanya sedang melawan nafsu untuk terus menjauh dari semua yang menurutMu tidak pantas bagi hamba seorang insan lemah. hamba sedang mengerahkan sekuat tenaga, untuk melepaskan diri dari bujuk rayu dunia .. walau sangat lah berat karena sifat hamba yang Engkau karuniakan tak sempurna..

Wahai Allah... Zat yang padaMu terhimpun segala Maaf dan Ampunan..
Dengan tunduk dan malu.. Hamba bermohon PadaMu.. Walau amalan ini hanya bagai debu di Padang pasirMu, terima jualah ya Robb.. Hamba mohooon.. karena hanya ini yang mampu hamba persembahkan sebagai bentuk pengabdian hamba ,yang bisa hampa sajikan dengan muka merah padam karena rasa takut dan malu lantaran tidak pandai menggunakan Nikmat Waktu  dan kesempatan yang Engkau karuniakan .

Dengan wajah yang tak mampu lagi hamba tengadahkan, Hamba mohon ya Robbil Izzaty... Sebesar apapun Dosa ini, Ampunkan lah ya Allah.. karena tanpa ampunanMu, kemana lagi langkah ini akan kami bawa berlari, tak satu sudutpun tempat bisa kami jadikan tempat bersembunyi.. Semua tidak ada yang luput dari pengawasanMu.. Sampai kapan hamba bisa menghibur diri dengan sandiwara alam ini... Sementara dunia Mu hanya sekejap Mata.. hanya antara kemaren dan hari ini.. Tentang hari Esok, Wallahu 'Alam, tak seorangpun yang bisa meneliti pasti.
Ketika hamba mencoba menepis dan beralih.. ketika itu pula AkhiratMu seolah olah melambai mengejar tanpa henti.. 

DipagiMu yang sejuk ini.. Hamba Menundukkan diri  bermohon ,bersimpuh dan Berharap..
Bermohon Ampunan dan Kasih sayangMu..
Jangan Tutup Pintu maafMu bagi Hamba yang Bergumul Dosa Ini Ya Allah.. 
Aamiin Aamiin Ya Robbal Alamin..