Sebagai wanita yang dibesarkan di kampung,desa kecil yang jauh dari kota,Satu hal yang tak pernah ku bayangkan,jangankan dialam nyata,bermimpi pun aku tak berani jika suatu saat akan tinggal diluar negeri seperti sekarang ini. MasyaAllah..semua hanya atas kehendakMu ya Robb.
Walau orang tuaku tinggal dan mengais rezeki di kota metropolitan Jakarta,namun aku sendiri sejak kecil dititipkan bersama nenek dan dibesarkan dikampung halaman. Dimasa itu jangankan mobil/motor,bisa menaiki sepeda saja sudah merupakan kendaraan yang paling mahal dirasakan. Demikian juga dari segi media masa,bahagia sekali rasanya kalau sudah memiliki radio transistor atau tape rocorder. Baru di awal tahun 80 an bisa mengintip televisi tetangga,yang baru hanya hitam putih. Itu juga sekampung cuma dimiliki oleh satu sampai 3 orang saja yang di nyalakan pakai accu. Di setel juga di acara acara tertentu saja,karena takut pas acara nya bagus kekuatan tenaga accu ( Batere) nya tidak cukup lagi untuk menyuguhkan sampai acaranya selesai.
Masih tersaji manis di ingatanku,ketika kami melihat sebuah pesawat melintas diudara saat aku duduk bersama nenek. Aku sempat bilang ke nenek,"Andai saja kita bisa naik pesawat,jongkok /berdiri aja juga mau ya Nek". Yah..itu percakapan kami dulu. Alhamdulilllah tahun 2004 impian itu baru bisa terwujud,disaat aku bertekad ingin bawa nenek naik pesawat ke Jakarta,tapi sayang nenek sudah sangat tua dan bersyukur ga jadi jongkok/berdiri,hehehe.
Inilah Nenek sang Life Supporter ku
Dengan masa silam yang begitu sederhana,bisa dibayangkan bagaimana bahagia,haru dan bersyukurnya hatiku,ketika suami diterima bekerja di luar negeri (Qatar) dengan status Family Resident).Masya Allah..Nikmat Tuhan memang semua diluar yang kita duga. Barangkali bagi sebagian orang hanyalah hal yang lumrah dan biasa biasa saja,tapi bagiku merupakan sebuah keajaiban.
Disaat 4 bulan pertama,suami berangkat lebih dulu,dan aku hanya bisa mengukur ukur jarak hanya dari Globe atau atlas yang sederhana,itupun pinjam dari buku pelajaran Dita. Karena pastinya aku masih sangat gaptek dengan yang namanya google map atau sejenisnya. Apa lagi yang disebut GPS,..ouh itu masih barang aneh dalam otak ku. Satu satunya yang paling lancar dijariku hanyalah bertukar informasi lewat SMS,karena untuk menelpon setiap saat tentunya kali kali ekonomi ku juga ga mampu menyentuh logika,apa lagi untuk jarak tempuh ke luar negeri. Syukurnya kemudian sedikit demi sedikit,mungkin karena desakan kebutuhan dan ditopang oleh pertumbuhan kecanggihan teknologi,aku mulai sedikit meningkat hingga aku bisa menggunakan Yahoo Messenger di warnet.Wah..senangnya bukan kepalang,bisa melihat wajah suami dan ngobrol lansung,layaknya teleconfrenc seperti yang di TV. Tapi sayang,aku juga ga bisa gunakan kapan saja aku mau. Karena terbatasnya waktu buka tutup warnet dan perbedaan waktu 4 Jam antara Indonesia dan Qatar.
Selama suami pergi,aku juga memulai mempersiapkan segala sesuatu yang dianggap perlu. Seperti Pasport,pas foto,dan lain lain.Aku ditemani adik bungsu mondar mandir ke Imigrasi. Kebetulan waktu aku mengurus pasport sedikit bermasalah,yang aku sendiri tidak tahu apa alasannya. Tiba tiba saja Pasport ku dikatakan orang imigrasi belum selesai juga,padahal sudah 5 hari melewati jadwal yang tertera dipapan pengumuman. Dasar aku memang tidak bisa toleransi dengan yang namanya pejabat yang sedang mempersulit rakyat,aku mulai marah dan bertanya,kenapa belum selesai. Petugas depan bilang masih di kantor kepala.Aku tanya ke kantor kepala,orang sana bilang sudah turun.Perlakuan mereka membuat aku benar benar tidak bisa menahan emosi. Aku benar benar marah .Kondisi itu tidak dapat membendung mulutku berkicau bagai murai melihar padi. Suasana jadi berbalik,sekarang malah mereka yang aku buat ,kelabakan dan buru buru mengeluarkan pasportku dan pasport anakku.Padahal aku dengar,ada peraturan lagi yang katanya pasport anak harus sehari sesudah pasport ibunya baru bisa dikeluarkan.Itu pun sampai sekarang aku belum tahu apa alasannya.Tapi ya sudahlah..yang penting urusan ku selesai sampai disitu.
5Bulan berlalu,akhirnya waktu yang ditunggu tunggu pun tiba. Entah mimpi ataupun nyata,tapi aku benar benar sudah sampai di bandara International soekarno Hatta terminal keberangkatan luar negeri.Kondisi nya ternyata banyak yang berbeda dari terminal penerbangan luar negeri. Mulai dari harus bayar viskal,pengecekan pasport,hingga suasana di sepanjang perjalanan menuju pesawat.Baru itu kali pertama aku menaiki escalator yang jalannya bukan naik turun,tapi lurus kedepan beberapa meter. Bahasa yang digunakan para awak kabin yang tidak lagi berbahasa Indonesia.Ngeri ngeri sedap..apalagi bahasa inggeris ku yang di bawah standar pas pasan,walaupun sudah belajar bahasa inggeris dan bahasa arab sejak Tsanawiyah sampai tamat kuliah,tetap saja lidahku belum cukup percaya diri untuk mengeluarkan lafad ala bule.Disamping vocab yang terlalu minim,pelajaran to be yang tidak pernah mahir di otakku juga sebagai kendala dan membuat aku menyesali diri,kenapa dulu pas pelajaran bahasa inggeris dan bahasa arab aku tidak terlalu serius.Alhasil, Aku hanya berbekal tiga bahasa yang mahir..yaitu bahasa Indonesia,bahasa Minang,dan bahasa Lintau(Bahasa kampung tempatku dibesarkan).Ya sudah lah..yang penting aku berangkat dengan suamiku yang bisa mempbuatku percaya diri.Prinsipku,TKW yang pendidikannya pas pasan aja,bisa hidup diluar negeri,kenapa aku tidak? Selanjutnya ternyata pesawat Qatar Airways itu besar sekali. Satu deret terdiri dari 10 Kursi dan satu baris 50 kursi. Jadi untuk kelas ekonomi terdiri dari 500 kursi,ditambah dengan Kursi yang VIP. Wah...besar sekali...terbangnya juga tinggi. Untungnya waktu itu penerbangannya cukup kondusif dan tidak ada goncangan sama sekali. Alhamdulillah.Pada masa itu juga,Qatar airways yang rute Doha-Jakarta,selalu singgah dulu di Singapore. Itu jugalah pertama kali aku menginjakkan kaki di negara yang terkenal dan kudengar sejak kecil itu.Walaupun dengan mata yang masih digelayuti kantuk,karena baru satu jam penerbangan dari Jakarta jam 12 malam itu,tapi aku tetap semangat,karena aku merasa benar benar di luar negeri.
Segala yang kuanggap mimpi,akhirnya benar benar ada di depan mata. Kami Landing jam 10 Pagi,di Doha International Airport. Alhamdulillah ya Allah..Allahu Akbar. Tidak ada yang tak mungkin bagiMu wahai Robbi.Segala titahMu adalah Haqqul Yakin. Sungguh semua itu karunia terindah yang takkan pernah kuterima tanpa IzinMu.Dalam kegamanagan,keharuan,dan kepasrahan...aku hanya bisa bersyukur atas segala Nikmat dari Allah swt,Robb ku yang maha perkasa,Maha Kaya dan Maha Sempurna.
Selanjutnya : bulan-bulan-pertama-di-doha.
corniche- Wisata pantai-doha.
Walau orang tuaku tinggal dan mengais rezeki di kota metropolitan Jakarta,namun aku sendiri sejak kecil dititipkan bersama nenek dan dibesarkan dikampung halaman. Dimasa itu jangankan mobil/motor,bisa menaiki sepeda saja sudah merupakan kendaraan yang paling mahal dirasakan. Demikian juga dari segi media masa,bahagia sekali rasanya kalau sudah memiliki radio transistor atau tape rocorder. Baru di awal tahun 80 an bisa mengintip televisi tetangga,yang baru hanya hitam putih. Itu juga sekampung cuma dimiliki oleh satu sampai 3 orang saja yang di nyalakan pakai accu. Di setel juga di acara acara tertentu saja,karena takut pas acara nya bagus kekuatan tenaga accu ( Batere) nya tidak cukup lagi untuk menyuguhkan sampai acaranya selesai.
Masih tersaji manis di ingatanku,ketika kami melihat sebuah pesawat melintas diudara saat aku duduk bersama nenek. Aku sempat bilang ke nenek,"Andai saja kita bisa naik pesawat,jongkok /berdiri aja juga mau ya Nek". Yah..itu percakapan kami dulu. Alhamdulilllah tahun 2004 impian itu baru bisa terwujud,disaat aku bertekad ingin bawa nenek naik pesawat ke Jakarta,tapi sayang nenek sudah sangat tua dan bersyukur ga jadi jongkok/berdiri,hehehe.
Inilah Nenek sang Life Supporter ku
Dengan masa silam yang begitu sederhana,bisa dibayangkan bagaimana bahagia,haru dan bersyukurnya hatiku,ketika suami diterima bekerja di luar negeri (Qatar) dengan status Family Resident).Masya Allah..Nikmat Tuhan memang semua diluar yang kita duga. Barangkali bagi sebagian orang hanyalah hal yang lumrah dan biasa biasa saja,tapi bagiku merupakan sebuah keajaiban.
Disaat 4 bulan pertama,suami berangkat lebih dulu,dan aku hanya bisa mengukur ukur jarak hanya dari Globe atau atlas yang sederhana,itupun pinjam dari buku pelajaran Dita. Karena pastinya aku masih sangat gaptek dengan yang namanya google map atau sejenisnya. Apa lagi yang disebut GPS,..ouh itu masih barang aneh dalam otak ku. Satu satunya yang paling lancar dijariku hanyalah bertukar informasi lewat SMS,karena untuk menelpon setiap saat tentunya kali kali ekonomi ku juga ga mampu menyentuh logika,apa lagi untuk jarak tempuh ke luar negeri. Syukurnya kemudian sedikit demi sedikit,mungkin karena desakan kebutuhan dan ditopang oleh pertumbuhan kecanggihan teknologi,aku mulai sedikit meningkat hingga aku bisa menggunakan Yahoo Messenger di warnet.Wah..senangnya bukan kepalang,bisa melihat wajah suami dan ngobrol lansung,layaknya teleconfrenc seperti yang di TV. Tapi sayang,aku juga ga bisa gunakan kapan saja aku mau. Karena terbatasnya waktu buka tutup warnet dan perbedaan waktu 4 Jam antara Indonesia dan Qatar.
Selama suami pergi,aku juga memulai mempersiapkan segala sesuatu yang dianggap perlu. Seperti Pasport,pas foto,dan lain lain.Aku ditemani adik bungsu mondar mandir ke Imigrasi. Kebetulan waktu aku mengurus pasport sedikit bermasalah,yang aku sendiri tidak tahu apa alasannya. Tiba tiba saja Pasport ku dikatakan orang imigrasi belum selesai juga,padahal sudah 5 hari melewati jadwal yang tertera dipapan pengumuman. Dasar aku memang tidak bisa toleransi dengan yang namanya pejabat yang sedang mempersulit rakyat,aku mulai marah dan bertanya,kenapa belum selesai. Petugas depan bilang masih di kantor kepala.Aku tanya ke kantor kepala,orang sana bilang sudah turun.Perlakuan mereka membuat aku benar benar tidak bisa menahan emosi. Aku benar benar marah .Kondisi itu tidak dapat membendung mulutku berkicau bagai murai melihar padi. Suasana jadi berbalik,sekarang malah mereka yang aku buat ,kelabakan dan buru buru mengeluarkan pasportku dan pasport anakku.Padahal aku dengar,ada peraturan lagi yang katanya pasport anak harus sehari sesudah pasport ibunya baru bisa dikeluarkan.Itu pun sampai sekarang aku belum tahu apa alasannya.Tapi ya sudahlah..yang penting urusan ku selesai sampai disitu.
5Bulan berlalu,akhirnya waktu yang ditunggu tunggu pun tiba. Entah mimpi ataupun nyata,tapi aku benar benar sudah sampai di bandara International soekarno Hatta terminal keberangkatan luar negeri.Kondisi nya ternyata banyak yang berbeda dari terminal penerbangan luar negeri. Mulai dari harus bayar viskal,pengecekan pasport,hingga suasana di sepanjang perjalanan menuju pesawat.Baru itu kali pertama aku menaiki escalator yang jalannya bukan naik turun,tapi lurus kedepan beberapa meter. Bahasa yang digunakan para awak kabin yang tidak lagi berbahasa Indonesia.Ngeri ngeri sedap..apalagi bahasa inggeris ku yang di bawah standar pas pasan,walaupun sudah belajar bahasa inggeris dan bahasa arab sejak Tsanawiyah sampai tamat kuliah,tetap saja lidahku belum cukup percaya diri untuk mengeluarkan lafad ala bule.Disamping vocab yang terlalu minim,pelajaran to be yang tidak pernah mahir di otakku juga sebagai kendala dan membuat aku menyesali diri,kenapa dulu pas pelajaran bahasa inggeris dan bahasa arab aku tidak terlalu serius.Alhasil, Aku hanya berbekal tiga bahasa yang mahir..yaitu bahasa Indonesia,bahasa Minang,dan bahasa Lintau(Bahasa kampung tempatku dibesarkan).Ya sudah lah..yang penting aku berangkat dengan suamiku yang bisa mempbuatku percaya diri.Prinsipku,TKW yang pendidikannya pas pasan aja,bisa hidup diluar negeri,kenapa aku tidak? Selanjutnya ternyata pesawat Qatar Airways itu besar sekali. Satu deret terdiri dari 10 Kursi dan satu baris 50 kursi. Jadi untuk kelas ekonomi terdiri dari 500 kursi,ditambah dengan Kursi yang VIP. Wah...besar sekali...terbangnya juga tinggi. Untungnya waktu itu penerbangannya cukup kondusif dan tidak ada goncangan sama sekali. Alhamdulillah.Pada masa itu juga,Qatar airways yang rute Doha-Jakarta,selalu singgah dulu di Singapore. Itu jugalah pertama kali aku menginjakkan kaki di negara yang terkenal dan kudengar sejak kecil itu.Walaupun dengan mata yang masih digelayuti kantuk,karena baru satu jam penerbangan dari Jakarta jam 12 malam itu,tapi aku tetap semangat,karena aku merasa benar benar di luar negeri.
Segala yang kuanggap mimpi,akhirnya benar benar ada di depan mata. Kami Landing jam 10 Pagi,di Doha International Airport. Alhamdulillah ya Allah..Allahu Akbar. Tidak ada yang tak mungkin bagiMu wahai Robbi.Segala titahMu adalah Haqqul Yakin. Sungguh semua itu karunia terindah yang takkan pernah kuterima tanpa IzinMu.Dalam kegamanagan,keharuan,dan kepasrahan...aku hanya bisa bersyukur atas segala Nikmat dari Allah swt,Robb ku yang maha perkasa,Maha Kaya dan Maha Sempurna.
Selanjutnya : bulan-bulan-pertama-di-doha.
corniche- Wisata pantai-doha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar