Selasa, 28 Juni 2011

Usia Emasku (My Golden Age)

Saya anak sulung dari 5 Bersaudara yang terlahir dari keluarga sederhana di kota Metropolitan Jakarta.Namun Konon,Sejak umur 18 bln,saya dibesarkan didesa bersama seorang nenek dan 2 orang nenek uyut. Hampir sebagian besar masa kecil,saya habiskan bersama beliau bertiga di satu desa terpencil di Minang kabau,penuh dengan suasana pedesaan yang sampai kapanpun akan saya rindukan. Udaranya yang segar,lingkungan yang sangat sangat alami,asri,damai. Disana saya akrab dengan aroma lumpur,sawah,kolam,sungai,air mengalir,wanginya aroma bunga padi,ikan yang segar,rentangan petak sawah,hijaunya perbukitan,sejuknya air mengalir,kicauan burung pagi hari,gelepar ikan dikolam,duduk dirumput hijau,berlompatan ditumpukan jerami ketika selesai panen,indahnya suasana hati ketika buah buahan mulai menampakkan bunga dan putiknya,kokok ayam pagi hari,senangnya ketika mengutip telor bebek(itik) pagi hari..Ouuuuuhhhh....terlalu banyak yang membuat saya bahagia.

Metode pendidikan yang sangat simple,alami penuh tata krama,kental dengan adat istiadat daerah,tapi sangat mudah saya resapi dan sangat saya junjung tinggi. Dari beliau bertiga saya belajar sopan santun,mengaji.sholat,puasa bahkan menggunakan obat obatan  yang lansung dipetik dari alam sekitar kita. Dari beliau saya belajar Etika,moral,adab,dan prinsip. Tanpa disadari,ilmu alam saya pada usia sebelum sekolah,telah menyamai ilmu pengetahuan alam sesuai kurikulum lulusan Sekolah Dasar,walaupun tanpa buku,tanpa pensil ataupun tanpa papan Tulis. Hal ini baru disadari,setelah anak saya kelas 5 SD,tapi sungguh mengejutkan,putri kecilku seumur itu masih balajar yg mana daun singkong,daun pepaya,ataupun yg lainnya..MasyaAllah.....

Dari sekian banyak Ilmu itu,yg paling mendasar adalah pembentukan karakter yg tumbuh alami dalam diri saya,tentang sopan santun,adab,etika,tata krama,kebebasan berfikir,bertindak,memutuskan masalah,serta prinsip prinsip hidup lainnya yang dibentuk oleh beliau bertiga dan jarang  saya jumpai dalam pendidikan formal walau sampai kebangku kuliah sekalipun. Dari beliau saya belajar toleransi,menghargai orang lain dengan tidak harus merubah prinsip prinsip hidup sendiri,Belajar menyampaikan suara hati,dengan tidak melukai siapapun. banyak bahasa yang saya fahami,mulai dari bahasa isyarat,bahasa mata,bahasa hati,bahasa jari dan banyak lagi bahasa yg hanya bisa difahami oleh orang orang yg terbiasa menggunakannya dan dididik dengan metode itu. dari raut wajah,saya memahami banyak kata kata.Tidak ketinggalan juga petuah,petatah,petitih,penyampaian maksud dengan kata yg paling halus,sesuai dengan adat istiadat secara Minang Kabau. Tau kato malereng,kato mandaki dan kato manurun. Tau Dahan nan kamaimpok,tau rantiang nan kamancucuak,mangarati ereng jo gendeng. Watak dan karakter itulah yang terbentuk dan saya miliki hingga saat ini. Karena sudah mendarah daging disaat Usia Emas saya.

Dari sinilah kehidupan saya bermula,dengan tidak mengecilkan arti kedua orang tua saya,yang pastinya beliau berdua adalah cikal bakal kehidupan saya di dunia. Tapi tidak banyak yang bisa saya catat pada usia lahir,karena memang saya tak mampu mengingatnya. Namun demikian saya sangat bersyukur terlahir dari beliau berdua,berkat orang tua,saya terlahir sehat,dan sempurna sebagai anak manusia. Berkat beliau juga saya bisa besar dan menjadi seperti ini. Walau dibesarkan dalam keluarga sederhana,saya sangat bangga pada kedua orang tua saya. Kesederhanan beliau jua,yang menuntun saya utk siap menjalani hidup walau apapun bentuknya...Alhamdulillah Hirobbil 'Alamiin.

Kisah selanjutnya : Rumahku,Syurgaku,taman jiwaku
                             kisah kasihku-memetik-menggapai-baitullah.
                             usia-sekolah-masa-transisi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar